“Kita sudah membicarakan ide Youth PON ini untuk merangsang cabang olahraga lain mulai fokus juga pada pembinaan usia remaja tidak hanya konsetrasi pada lapisan utama,” kata Djoko yang mengurusi atlet pratama, usia 14-18 tahun ini saat ditemui di kantornya. Apabila Youth PON nanti sukses, ia yakin stock atlet remaja akan banyak dan prestasi atlet remaja akan meningkat.
Hasil prestasi di YOG Singapura kemarin, kata Djoko, tidak perlu ditanggapi dengan sinis tetapi sebaliknya. “Ini akan jadi cambuk,” katanya. Youth PON yang direncanakan akan digelar setiap satu tahun sebelum PON diyakini akan mampu merangsang pengurus olahraga dan provinsi tergerak mulai mencari bibit-bibit anak-anak usia 9-12 tahun.
Djoko menambahkan saat ini muncul gagasan ingin mengkoordinasikan tiga olahraga tingkat pelajar yang sudah ada di Indonesia saat ini, yaitu Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) yang diselenggarakan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) yang digelar Departemen Pendidikan Nasional dan Kejuaraan Olahraga Pesantren yang dilaksanakan Departemen Agama.
Menurut Djoko, gebrakan ini diperlukan untuk persiapan menghadapi YOG empat tahun mendatang sekaligus menyiapkan diri untuk menghadapi rencana penyelenggaraan kejuaran remaja di tingkat Asia Tenggara atau Youth ASEAN.
Komisi Atlet Komite Olimpiade Indonesia, Ade Lukman mengatakan sebelum fokus pada kejuraan YOG terlebih dulu harus dipersiapkan dengan baik prakualifikasinya yang biasanya digelar mulai dua tahun sebelum kejuaraan berlangsung. KOI, kata Ade, akan mensosialisasikan tentang YOG itu ke semua Pengurus Besar (PB) untuk mempersiapkan diri mulai sekarang.
RINA WIDIASTUTI