TEMPO Interaktif, Jakarta - Dukungan untuk penggunaan energi surya melebar ke dunia olahraga di Amerika Serikat, walaupun negara itu tidak berada di kawasan khatulistiwa yang seluruh daerahnya terpapar sinar matahari sepanjang tahun.
Berbagai liga olahraga profesional di negara itu menyarankan semua tim ikut berkontribusi dalam upaya menurunkan polusi dunia, dengan memanfaatkan energi matahari.Asosiasi dari berbagai olahraga seperti baseball, rugby, basket, sepakbola, bahkan hoki, yang lapangannya terbuat dari es, bergerak serentak mengirim edaran agar setiap tim memanfaatkan energi matahari untuk memenuhi kebutuhan listrik stadion mereka.
Bersama imbauan itu, asosiasi menyisipkan sebuah panduan pengembangan sistem pembangkit energi tenaga surya yang dibuat oleh Dewan Perlindungan Sumber Daya Alam, sebuah lembaga advokasi, serta Yayasan Lingkungan Hidup Bonneville, agar setiap tim olahraga bisa mengembangkan dan menyatukan sistem pembangkit energi surya dengan sistem kelistrikan yang sudah mereka miliki.
Darryl Benge, Asisten General Manajer Qwest and Field and Event Center, markas tim sepakbola Seattle Hawks mengatakan "Anda bisa mengharapkan cahaya matahari di Staples Center (Los Angeles, California - kawasan pesisir barat yang memperoleh lebih banyak cahaya matahari) tapi mungkin tidak di Seattle. Namun dengan reputasi kota kami yang sering hujan sekalipun, kami antusias untuk membangkitkan sebagian dari energi listrik yang kami butuhkan and menunjukkan bahwa energi terbarukan bisa bisa bisa bermanfaat di mana pun.”
Gary Bettman seorang komisioner di asosiasi olahraga hoki Amerika (NHL) mengatakan betapa kampanye pemanasan global saat ini berhubungan erat dengan olahraga mereka, sebab hoki tercipta karena adanya musim dingin. “Kami sangat sadar bahwa liga kami, maupun smua liga olahraga lain, perlu menjadi penjaga yang bertanggung jawab terhadap ekosistem planet ini.”
Staples Center sendiri, salah satu dari sedikit stadion di Amerika Serikat yang memiliki pembangkit listrik tenaga surya, hanya bisa memenuhi lima persen dari total kebutuhan listriknya lewat 1.727 panel surya di atap stadion itu, waaupun terletak di negara bagian yang kaya sinar matahari. Tetapi peneliti senior Dewan Perlindungan Sumber Daya Alam Allen Hershkowitz mengatakan “Pembagian panduan itu menunjukkan pergeseran budaya dalam pola pikir kita tentang energi.”
ENVIRONMENT NEWS SERVICE | RONALD