TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Para pembalap Speedy Tour D’Indonesia menganggap etape kelima rute Semarang-Yogyakarta sejauh 168,8 kilometer sebagai latihan pemanasan. Etape yang seharusnya menjadi race paling seru karena harus melalui tanjakan tajam di kawasan wisata Selo, batal digelar mengingat gunung merapi meletus Selasa lalu.
Akibatnya, pembalap hanya bersepeda sejauh sepuluh kilometer dari start dan sepuluh kilometer sebelum finish. "Rute ini saya anggap seperti pemanasan saja,” kata Hari Fitrianto, pembalap Polygon Sweet Nice (PSN), di Yogyakarta, Kamis (28/10).
Pembalap yang dua etape mendapatkan Yellow Jersey (kaos kuning) dan Red-White Jersey (kaos merah putih) mengaku tidak kecewa karena etape kelima ini dihapuskan. “Ini bencana alam,” katanya.
Walaupun tidak diperlombakan, para pembalap tetap star dari depan kantor Telkom di jalan Pahlawan Semarang sekitar pukul 09.00 WIB. Mereka bersepeda sekitar sepuluh kilometer dan berhenti di sekitar jalan perintis kemerdekaan. Kemudian mereka melanjutkan race menggunakan bis.
Pembalap kembali turun dari bus di sekitar sepuluh kilometer sebelum finis, didepan kantor kepolisian Resort Sleman. Mereka kembali bersepeda menuju garis finis di depan monument Yogya Kembali. Tidak ada adu cepat masuk finis, semua pembalap tampak mengayuh sepedanya dengan santai.
Menurut Hari, keputusan menghapus etape kelima ini adalah tepat. Apabila tetap digelar ini akan membahayakan pembalap. “Saya melihat berita di televisi, terlalu berbahaya. Saya mengikuti beritanya di televise,” kata pembalap kelahiran Probolinggo 1985 ini.
Pembalap dari BTK Bintang Kranggan Cycling Team, Rachmadani juga menilai hari ini sekedar latihan. Lintasan sejauh 20 kilometer, menurut dia, adalah jarak yang sangat pendek. “Biasanya saya latihan 1000 kilometer setiap minggunya,” kata pembalap asal Samarinda ini.
Wawan Setyabudi, manajer tim PSN, mengatakan pembatalan etape kelima ini menguntungkan tim balap yang banyak didominasi sprinter. Di satu sisi, lanjut dia, tim yang diperkuat pembalap spesialis tanjakan bakal merasa dirugikan. “Tim Yogyakarta mungkin salah satu tim yang rugi karena daerah itu adalah tempat latihan mereka dan mereka punya pembalap tanjakan yang bagus,” kata Wawan.
Bagi PSN, Wawan melanjutkan tidak rugi maupun tidak untung. “Kami tidak masalah, posisi kami masih aman walaupun di individu selisihnya tidak terlalu jauh,” kata Wawan. Selain itu, kata dia kami juga punya pembalap tanjakan handal seperti Rosta Patria Dinawan yang sebelumnya memperkuat tim Yogyakarta dan Hari Fitrianto.
Pembalap dari tim United Bike Kencana Team, Budi Santoso merasa beruntung dengan dihapusnya etape kelima ini. “Saya bisa punya waktu istirahat cukup memulihkan cidera karena jatuh kemarin,” kata pembalap yang menjadi pembalap sprint tercepat sekaligus peraih Green Jersey (kaos hijau) tiga kali berturut-turut sejak etape kedua hingga etape keempat.
Budi bertekat akan tetap mempertahankan Green Jersey yang kini dipegangganya hingga perlombaan balap terbesar di seluruh Indonesia ini berakhir di Denpasar 3 November nanti. “Saya akan tetap agresif,” kata pembalap yang biasa disapa Tungko ini.
RINA WIDIASTUTI