TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat tinju Ferry Moniaga menilai kekalahan petinju Indonesia, Chris John, dari Simpiwe Vetyaka di Perth, Australia, Jumat lalu, wajar terjadi. Ferry mengatakan Indonesia harus tetap bangga karena mempunyai petinju sehebat Chris.
"Sejauh ini catatan kemenangan Chris sangat bagus. Jadi kalau kali ini kalah rasanya tidak terlalu masalah," kata Ferry kemarin. Rekor Chris kini adalah 48 kali menang (22 di antaranya dengan knockout), 3 kali seri, dan 1 kali kalah.
Chris harus melepaskan gelarnya sebagai juara kelas bulu versi World Boxing Association (WBA) kepada Vetyaka. Petinju Afrika Selatan yang sebelumnya merebut gelar juara kelas bulu International Boxing Organization (IBO) dari Daud Yordan ini menang mudah atas Chris dalam enam ronde.
"Malam ini dia (Simpiwe Vetyeka) memang lebih bagus dari saya. Saya harus mengakui dia lebih baik dari saya," ujar Chris dalam siaran pers yang dikirim ImageDynamic PR, Jumat lalu.
Dengan kemenangan technical knockout (TKO) pada ronde keenam ini, Vetyaka berhasil mengawinkan gelar juara dunia WBA dan IBO.
Menurut Ferry, kekalahan pertama petinju berjulukan The Dragon tersebut adalah peringatan bahwa dirinya tidak muda lagi. Ferry melihat Vetyaka mendominasi di atas ring.
Pukulan dan gerakan petinju asal Afrika Selatan itu, menurut Ferry, lebih lincah daripada Chris. "Mungkin ini yang kurang diantisipasi oleh Chris," kata dia.
Ferry menilai faktor umur cukup mempengaruhi dalam pertandingan tinju. Saat dirinya menginjak usia 31 tahun, kemampuan reaksi bergerak dan kecepatan pukulan mulai mengalami penurunan. Hal inilah yang mesti dibenahi oleh Chris, yang sudah berada di usia 34 tahun. Vetyaka sendiri usia tidak terpaut jauh dengan Chris John, yaitu 32 tahun.
Kendati sudah memasuki usia 30 tahun lebih, menurut Ferry, Chris masih punya peluang untuk merebut kembali gelarnya yang hilang. "Asalkan pola latihannya terus ditingkatkan. Minimal sama seperti saat ini," kata petinju yang pernah merebut medali perunggu Asian Games 1970 ini.
Mantan bintang tinju Indonesia lainnya, Syamsul Anwar Harahap, mengatakan bahwa Chris mesti bisa mengubur efek traumatis bila ingin kembali ke atas ring. "Biasanya setiap petinju ingin kembali bertarung untuk membuktikan lagi," katanya kemarin.
Kalaupun ingin mengakhiri karier sebagai petinju, menurut Syamsul, hal itu seharusnya dilakukan ketika Chris masih memegang gelar juara dunia WBA-nya.
Syamsul menilai, pada usia 34 tahun, Chris sudah harus bisa mengukur dirinya jika ingin kembali berlaga. Adapun jika harus menggelar laga ulangan--sebagai upaya untuk merebut kembali gelar juara--menurut Syamsul, upaya tersebut hanya akan menurunkan gengsi pertandingan. "Sebaiknya lihat dulu apakah Vetyaka bisa mempertahankan gelar atau tidak," tuturnya.
Opsi untuk mengejar gelar juara versi lain atau bahkan pindah kelas pun mungkin dilakukan oleh Chris. Namun peluang itu terasa berat, mengingat usia yang tidak muda lagi. "Bisa dicoba jika ingin naik ke kelas super bulu," ucap Syamsul.
Vetyaka, di mata Syamsul, bermain efektif. Sedangkan Chris dinilainya banyak melayangkan pukulan yang tidak mengenai sasaran. Ia mengamati, dari 20 pukulan yang dilakukan Chris, hanya dua yang mengenai lawan. Di sisi lain, Vetyaka mampu menghindar dengan baik ketika serangan datang ke arahnya.
"Kondisi ini jelas menguras tenaga Chris," kata Syamsul. Vetyaka pun tidak menyia-nyiakan kesempatan pada ronde kelima ketika kondisi Chris yang mulai tampak lelah. Hal itu bisa dilihat dari serangan bertubi-tubi yang dilakukan oleh Vetyaka.
Puncaknya ialah ketika memasuki ronde keenam, Vetyaka terus melancarkan serangan yang berujung pada jatuhnya Chris. Dari sini, menurut Syamsul, pelatih mulai menimbang untuk menghentikan laga. "Dari hitung-hitungan saya, Chris John salah pilih lawan. Seharusnya dia bisa belajar dari kekalahan Daud Yordan melawan Vetyaka," ujar Syamsul.
ADITYA BUDIMAN
Berita Terpopuler Lainnya
Lagi, MU Tumbang di Old Trafford
Dipertanyakan, Alfred Riedl Melatih Timnas
Chris John Berpeluang Rebut Kembali Gelarnya
Barcelona Siap Tampung Robin van Persie
MU Kalah Lagi, Van Der Sar Heran