TEMPO.CO, Jakarta - Atlet jetski Indonesia, Aero Sutan Aswar, menjadi juara dunia di kelas Pro Runabout Stock dalam kejuaraan dunia World Finals di Lake Havasu City, Arizona, Amerika Serikat, kemarin dinihari. Aero menjadi pemain jetski dengan poin terbanyak dalam dua balapan (Moto 1, Moto 2) yang digelar mulai Sabtu hingga Ahad waktu Amerika, 12 Oktober 2014.
"Ini yang gua tunggu-tunggu. Indonesia!" kata Aero sebagaimana dilaporkan dalam keterangan pers resmi yang diterima Tempo, kemarin. Sambil menyerukan kalimat itu, Aero melompat sambil mengepalkan tangan. (Baca: Selangkah Lagi, Aero Aswar Juara Dunia 2014)
Ini adalah pertama kalinya Aero menjadi juara dalam World Finals, kejuaraan dunia jetski yang diadakan oleh Asosiasi Internasional Olahraga Perahu Jet (IJBSA). Pro Runabout Open adalah kelas tertinggi balapan dengan jenis jetski duduk dengan modifikasi terbatas sesuai dengan regulasi yang berlaku. Tahun lalu, di kelas yang berbeda, yaitu Grand Prix Runabout, Aero menjadi juara ketiga.
Aero memulai langkahnya untuk merebut gelar juara dunia dengan memenangi Moto 1 pada Sabtu lalu. Atlet jetski berusia 19 tahun itu finis di depan atlet jetski tuan rumah yang merupakan rival berat Aero, Eric Francis. Karena sudah memenangi Moto 1, yang Aero perlukan di Moto 2 adalah mencegah agar Francis tidak menjadi urutan pertama. Aero, bersama adiknya, Aqsa, berhasil menjalankan rencana mereka, yaitu membiarkan Aqsa berada di posisi pertama dan ia di posisi kedua. Francis, yang sempat mendekat, akhirnya tetap tak berhasil menyalip Aero.
"Tujuan utama (balapan Moto 2) memang untuk mengantisipasi Francis," kata manajer sekaligus ayah Aero, Saiful "Fully" Aswar. "Tujuan lain adalah mendongkrak posisi Aqsa, yang pada Moto 1 mengalami masalah mesin."
Aqsa sebenarnya ditargetkan untuk mendapat gelar juara di Pro Runabout Stock. Namun masalah mesin yang ia alami di Moto 1 membuat tim mengganti strategi. Mereka berfokus agar Aero mendapatkan gelar juara. "Aku masih menyesal dengan kejadian di Moto 1," kata Aqsa, yang tiga tahun lebih muda dibanding abangnya. "Kalau tidak, aku dan Abang mungkin bisa sempurna menempati posisi 1 dan 2. Itu akan menjadi rekor tersendiri."
"Sudah bertahun-tahun Indonesia diperhitungkan dalam kompetisi internasional, tapi baru kali ini secara resmi menjadi juara dunia," kata Saiful, yang membawa Aero mengikuti kejuaraan internasional saat anaknya itu masih berusia 10 tahun.
GADI MAKITAN
Berita Lain
Berlusconi Sebut Mario Balotelli Apel Busuk
Kalah Lagi, Posisi Persela Kritis
Mourinho: Cristiano Ronaldo seperti Zidane