Cara Beatrichx menilai olahraga tinju amat bertolak belakang dengan orang tuanya. Ketika Beatrichx berlatih tinju pertama kali bersama Donald Patras, sang ibu Dominggas Tjiono dengan keras melarangnya. Waktu itu ia masih duduk di kelas I SMPN 3 Manado. "Awalnya dimarahi. Tapi lambat laun orang tua mengizinkan juga," kata dia.
Dukungan penuh dari ibunya terus diperoleh ketika Beatrichx sukses menjadi juara pertama di Kejuaraan Nasional di Jambi pada 2007. Gelar perdananya itu membuat motivasi Beatrichx makin bertambah. Setahun kemudian, juara pertama kembali ia rebut kala turun di Kejuaraan Sarung Tinju Emas Bali.
Penampilannya yang konsisten membuat ia ditarik masuk pemusatan latihan nasional menuju SEA Games 2013 di Myanmar. Tampil perdana di pentas Asia Tenggara, hasilnya tak mengecewakan. Ia membawa pulang medali perak ketika bertanding di kelas 48 kilogram.
Kembali memperkuat tim nasional di SEA Games Singapura 2015, Beatrichx kali ini membidik medali emas. Ia punya modal besar mengincar target menjadi nomor satu di kelasnya pada SEA Games Juni nanti. Berhasil masuk ke babak perempat final di Kejuaraan Dunia Wanita November lalu di Jaeju, Korea Selatan, membuat Beatrichx optimistis bisa menyabet medali emas. "Semoga saja bisa," ucapnya.
Pelatih nasional Husni Ray menyatakan Beatrichx punya peluang besar menyumbangkan medali. Di babak 16 besar Kejuaraan Dunia kemarin ia tanpa diduga menyingkirkan petinju dari Amerika Serikat. Sejauh ini, kata Husni, baru Beatrichx yang bisa bertanding sebanyak dua kali di kejuaraan dunia. "Biasanya petinju Indonesia sudah gugur sejak babak pertama atau hanya sekali bertanding," ucapnya.
ADITYA BUDIMAN