TEMPO.CO , Jakarta: Pegolf nomor satu Indonesia, George Gandranata, menyatakan minimnya jumlah turnamen golf di indonesia membuat banyak pemain golf berbakat tak dapat menyalurkan kemampuan mereka.
"Kompetisi golf di Indonesia sangat minim, padahal kompetisi diperlukan untuk mengasah kemampuan pemain golf kita," kata George dalam media gathering CIMB Niaga Indonesian Masters di Royale Jakarta Golf Club, Kamis, 5 Maret 2015.
Keprihatinan George itu beralasan. Sebab turnamen golf nasional Indonesia hanya sekitar 14 setahun. Turnamen regional dan internasional lebih sedikit lagi. Padahal, menurut dia, turnamen nasional menjadi kunci bagi pegolf Indonesia untuk bisa menembus turnamen kelas Asia, misalnya Asian Tour.
"Jika turnamen nasional jumlahnya memadai, para pegolf dapat mengasah kemampuan mereka sebagai bekal ke turnamen regional dan internasional," ujarnya.
Bagi para pemain golf, untuk menjadi profesional, mereka harus membuktikan keterampilan mereka dalam turnamen nasional hingga regional. Hal itu dibenarkan Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Golf Profesional Indonesia, Agus Triyono. Ia mengakui Indonesia masih kekurangan kompetisi golf untuk bisa melahirkan bibit pemain profesional.
Menurut dia, kalau turnamen nasional jumlahnya mencukupi, pegolf Indonesi berpeluang besar berkiprah di tingkat regional semisal Asian Development Tour di Malaysia dan Filipina, atau di sejumlah negara Asia Tenggara lainnya. "Butuh pengalaman bermain cukup banyak agar mereka bisa menembus turnamen regional. Sekarang turnamen tingkat nasional di Indonesia masih sangat sedikit," paparnya.
Di Indonesia saat ini hanya ada tiga turnamen internasional, yakni Indonesia Open, Enjoy Jakarta, dan CIMB Niaga Indonesian Masters. Agus mengungkapkanan minimnya turnamen golf di Indonesia itu karena sedikitnya sponsor.
ANGGA SUKMAWIJAYA