TEMPO.CO, Jakarta - Carolina Marin terus menunjukkan kehebatannya di kancah bulu tangkis dunia. Setelah memastikan diri sebagai pemain Spanyol pertama yang jadi juara dunia, ia kembali membuat gebrakan di turnamen bergengsi All England. Ia berpeluang juara saat menghadapi pemain India, Saina Nehwal, di final malam ini.
Marin, 21 tahun, lolos ke partai puncak setelah menaklukkan pemain Taiwan, Ti Tzu Ying. Unggulan keenam itu hanya butuh waktu 40 menit untuk meraih kemenangan 21-18, 21-11, pada Sabtu malam. Seusai pertandingan Tempo berkesempatan melakukan wawancara khusus dengan Carolina di Press Zone Barclaycard Arena.
Taktik permainan apa yang Anda pakai sehingga dapat mengalahkan Ti Ying?
Saya sengaja menggunakan bola-bola panjang dengan tujuan agar lawan menjadi lelah. Dan terbukti taktik saya berhasil.
Bagaimana perasaan Anda setelah menjadi pemain tunggal putri asal Spanyol pertama bisa menembus final?
Tentu saja saya sangat senang dengan kemenangan ini karena berhasil membuat sejarah untuk negara saya.
Apakah badminton populer di Spanyol?
Di negara saya memang olahraga badminton tidak sepopuler olahraga lain, seperti tenis dan sepakbola. Namun, dengan kemenangan saya di kejuaraan dunia tahun 2014, popularitas badminton meningkat. Anak-anak muda Spanyol mulai tertarik bermain badminton.
Siapa orang yang paling berpengaruh sehingga Anda bisa mencapai pretasi saat ini?
Tentu saja pelatih saya. Karena dia selalu mendukung saya saat latihan. Jika jenuh atau lelah, dia selalu tetap mendorong saya.
Bagaimana menghadapi pertandingan final? Apakah ada tekanan?
Saya rasa tidak ada tekanan yang saya alami. Saya akan menjalaninya dan menikmati pertandingan.
VISHNU JUWONO (BIRMINGHAM)