TEMPO.CO, Jakarta - Menyaksikan pertandingan turnamen bulu tangkis All England 2015 secara langsung di Barclaycard Arena, Birmingham, Inggris, bisa jadi pengalaman tidak akan terlupakan, mengingat istimewanya kompetisi ini. All England adalah turnamen bulu tangkis tertua dan telah berlangsung selama lebih dari 110 tahun sejak 1899.
Di Indonesia, turnamen All England sangat populer dan dikenal masyarakat karena pemain Indonesia pernah mencetak dan merajai turnamen ini. Mereka antara lain Rudy Hartono yang merajai tunggal putra pada 1960-1970, Liem Swie King di nomor tunggal putra tahun 1970-1980, dan Susi Susanti di nomor tunggal putri pada 1990-an.
Saat meliput pertandingan, Sabtu malam lalu, Tempo sempat menemukan puluhan penonton asal Indonesia. Mereka pun bicara soal perbedaan menonton bulu tangkis di Inggris dan di Tanah Air.
“Untuk atmosfernya, saya lebih suka nonton bulu tangkis di Indonesia, penontonnya lebih heboh. Di sini terlalu tertib," ujar Febby Richard, pengunjung yang merupakan mahasiswa S2 di Inggris dengan beasiswa Spirit ini.
Pendapat Febby ini juga disetujui Fikri Zaki, mantan wartawan yang juga mahasiswa S2 di London. “Kalau di Istora, suasananya angker bagi pemain lawan Indonesia. Kalau di sini, biar penonton Inggris lebih banyak (saat pertandingan Tontowi/Lilyana vs Chris/Gabrielle), kita masih bisa teriak balik," ujar Fikri.
Lalu, bagaimana soal tempat pertandingan? Aditya Persik, penonton asal Indonesia lain, menilai Barclaycard Arena di Birmingham lebih baik ketimbang Istora Senayan, Jakarta. "Fasilitas di sini jauh lebih bersih dan modern, kemudian lightning-nya juga lebih bagus," tuturnya.
Namun ketiganya sepakat, secara keseluruhan, lebih enak nonton bulu tangkis di Indonesia. “Kalau nonton di Indonesia, lebih bebas, bisa duduk di mana saja, bahkan bisa duduk di tangga. Sedangkan di sini terlalu diatur," kata Febby.
Sedangkan Fikri lebih menekankan pada masalah makanan. “Pertandingan, kan, dimulai sore. Ternyata, pukul delapan, tempat jual makanannya sudah tutup. Kalau di Istora, alternatif tempat makan begitu banyak. Begitu keluar stadion, banyak tempat jual makanan," ujarnya.
VISHNU JUWONO (BIRMINGHAM)