TEMPO.CO, Jakarta - Kisruh penggunaan Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) antara Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dan promotor boy band One Direction membuat Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) ingin segera mengambil alih pengelolaan kawasan tersebut. Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi berharap payung hukum pengelolaan GBK oleh kementeriannya bisa segera terbit.
“Ini yang menjadi kegalauan saya. Kami tidak bisa apa-apa karena belum menjadi kewenangan Kemenpora untuk bisa melakukan intervensi lebih lanjut soal kisruh tersebut,” kata Imam seusai menerima promotor One Direction di kantor Kemenpora, Jakarta, Kamis, 19 Maret 2015.
Menurut Imam, dipercepatnya pemindahan pengelolaan GBK ke tangan Kemenpora akan membuat kawasan tersebut lebih teratur dan berfokus untuk kegiatan olahraga. Imam mengaku sudah melakukan pembicaraan dengan Menteri Keuangan dan Sekretariat Negara. Saat ini, rencana itu masih dalam tahap pengkajian terkait mekanisme pengelolaan.
“Karena nantinya akan menjadi Badan Layanan Umum, yang merupakan bagian dari keuangan negara. Jadi harus dikaji secara mendalam. Semua menanggapi positif. Tapi memang proses di birokrasi kan anda tahu tahu sendiri bagaimana,” ujar dia.
Rencana Kemenpora mengambil alih pengelolaan kawasan GBK sudah sejak November tahun lalu. Imam mempertanyakan apakah pengelolaan kawasan yang juga menjadi paru-paru Jakarta itu sudah sesuai dengan fungsinya sebagai sarana olahraga. Karena kenyataan di lapangan beberapa cabang olahraga kerap menghadapi kendala saat menggunakan fasilitas di GBK untuk berlatih. Selain itu, mereka juga mengeluh lantaran mereka harus membayar sewa yang cukup mahal.
GBK selama ini dikelola oleh Pusat Pengelolaan Kompleks Gelora Bung Karno, sebuah badan layanan umum di bawah Kementerian Sekretariat Negara atas dasar keputusan Menteri Keuangan tahun 2008. Selain menjadi sarana olahraga, kawasan yang memiliki luas area 284,2 hektar ini juga diperuntukan untuk ruang terbuka hijau. Namun kini banyak dibangun mall dan apartemen-apartemen mewah di wilayah tersebut.
Direktur Pembangunan dan Pengembangan Usaha Gelora Bung Karno PPGBK, Raja Parlindungan Pane, tak mau menanggapi soal keinginan Kemenpora mengambil alih pengelolaan GBK. “Jangan saya. Saya tak punya hak untuk menanggapi,” katanya.
Sejak awal pekan kemarin, masalah pengelolaan GBK kembali ramai. Konser musik boy band asal Inggris, One Direction, yang akan dilakukan di stadion itu dipersoalkan karena bisa membuat penyelenggaraan kualifikasi Piala Asia usia di bawah 23 tahun (U-23) tersisih. Meskipun jadwal kualifikasi dilakukan pada 27-31 Maret, atau dua hari setelah konser, penggunaan GBK oleh One Direction akan berdampak pada kualitas rumput stadion.
Sekretaris Jenderal Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia Joko Driyono menganggap konser itu bisa merusak fasilitas rumput lapangan, yang bisa berujung pada penolakan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), selaku penyelenggara kompetisi klub se-Asia. Kondisi ini pun menjadi bahan pro dan kontra yang lebih ramai di dunia maya.
Meskipun banyak diprotes, promotor Ismaya Live memastikan konser akan tetap berlangsung karena sudah terikat kontrak. “Kami juga sudah kontrak stadion tersebut sejak April tahun lalu. Tidak mungkin kami batalkan,” kata Brand Manager Ismaya Live, Yudha. Dia memastikan rumput lapangan yang akan dipakai kualifikasi akan kembali seperti semula. “Kami akan taat secara prosedur,” ujar dia.
ANGGA SUKMAWIJAYA