TEMPO.CO, Jakarta - Menentukan judul skripsi yang akan ia garap bukan hal sulit buat atlet nasional jalan cepat 20 kilometer, Hendro Yap. Mahasiswa tingkat akhir jurusan pendidikan kepelatihan olahraga Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, ini sudah memiliki ide yang sudah lama bergelayut di kepalanya: metode latihan continuous long walk.
Saat ditemui Tempo di Stadion Madya Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu sore, 1 April 2015, Hendro bertutur proposal skripsinya telah disetujui dosen pada 18 Maret lalu. Judul yang ia ajukan adalah “Pengaruh Interval Training dan Continuous Long Walk terhadap Peningkatan Prestasi Jalan Cepat.”
“Selama dua tahun terakhir ini, saya memang mencoba menerapkan metode continuous long walk untuk meningkatkan catatan waktu saya,” kata Hendro. “Judul skripsi itu juga ditetapkan atas masukan dari dua pelatih saya Pak Hery (Surahno) dan Pak Wita (Witarsa), yang selama ini membantu saya untuk menerapkan metode itu.”
Metode continuous long walk ini, kata Hendro, adalah metode latihan dengan mempertahankan kecepatan yang konstan dalam jarak yang sudah ditentukan. Ini berbeda dengan metode latihan interval training, yakni metode latihan dengan membuat si atlet berjalan atau berlari dengan kecepatan tinggi (lebih tinggi daripada di metode continous long walk) secara berulang-ulang di interval tertentu dengan diselingi beberapa kali istirahat.
Menurut Hendro, metode interval training tidak membuat dia bisa bersaing dengan atlet-atlet lain di dunia. “Dua tahun lalu, saya bilang kepada pelatih, ‘Kok kecepatan saya semakin menurun jauh di setiap lima kilometer saat perlombaan ya?’ Kami lalu mencoba memecahkan masalah ini bersama-sama,” kata dia. “Lalu kami sepakat mengubah metode latihan menjadi continuous long walk.”
Metode latihan continuous long walk yang ia terapkan ini ternyata membuahkan hasil. Setelah mendapatkan medali emas di SEA Games Myanamr 2013, Hendro terus bisa memperbaiki catatan waktunya. Tahun lalu, Hendro mencetak rekor nasional saat dia berlomba di Piala Dunia Jalan Cepat IAAF (Federasi Atletik Dunia), di Taicang, Cina, 3-4 Mei 2014. Saat itu, Hendro mencetak catatan waktu 1 jam 29 menit 24 detik. Rekor yang dicetak Hendro itu berselisih 11 detik dengan rekor SEA Games yang dicetak atlet Malaysia Harbans Singh Narinde, dalam SEA Games Jakarta 1997.
Tak berhenti di situ, Hendro kembali memperbaiki rekor nasional saat dia berlomba di Kejuaraan Asia Jalan Cepat di Nomi, Jepang, 15 Maret lalu. Dia mencatatkan waktu 1 jam 27 menit 54 detik. Catatan waktu itu menempatkan Hendro sebagai pelari dengan urutan kelima untuk kategori Asia. Posisi pertama Asia ditempati Jepang. Peringkat kedua dihuni Korea Selatan dan diikuti India. Sedangkan Cina menempati tempat keempat. “Negara-negara Asia Tenggara lainnya berada di bawah saya,” kata Hendro. “Malaysia dan Singapura berada di posisi ke-8 dan 9.”
Dengan hasil ini, Hendro semakin optimistis menghadapi SEA Games di Singapura, Juni mendatang. Di situ dia akan mempertahankan medali emasnya.
GADI MAKITAN