TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pemuda dan Olahraga Suriname Bambang Ismanto Adna, mengawali pidatonya di acara Pelatihan Peningkatan Kebugaran Jasmani Pemuda Berprestasi di Wisma Soegondo Djojopoespito, Rabu, 15 April 2015, dengan lima kalimat bahasa Jawa, salah satunya: "Bapa-bapa, ibu-ibu, lare-lare, aku bungah ditampa neng kene (Bapak-bapak, Ibu-ibu, anak-anak, saya senang bisa diterima di sini)."
Hadirnya Menteri Ismanto di wisma yang terletak di kompleks Pusat Pemberdayaan Pemuda dan Olahraga Nasional (PP-PON) itu adalah bagian dari kunjungannya ke Indonesia untuk belajar bagaimana pemerintah Indonesia mengembangkan urusan kepemudaan dan keolahragaan. Menteri Ismanto juga sempat mengunjungi pemusatan latihan nasional (pelatnas) bulu tangkis di Cipayung, Jakarta.
Usai mengucapkan lima kalimat bahasa Jawa dalam pidatonya, Ismanto melanjutkan dengan bahasa Inggris dan sesekali menggunakan beberapa kata Jawa yang ia ketahui. Soal ini, sebelumnya Ismanto sudah mengingatkan hadirin. "Nuwun sewu, aku campur-campur Jowo lan English yo (Maaf, saya berbicara dengan bahasa campur-campur, ya," kata dia.
Begitulah cara Ismanto, 52 tahun, menanggapi pidato sambutan Kepala PP-PON Teguh Raharjo atas kedatangan menteri dari negara di Amerika Selatan itu. Teguh sengaja menyelipkan banyak kalimat Jawa kepada Sang Menteri, mengingat Suriname memang dikenal memiliki warga negara berketurunan Indonesia yang fasih berbahasa Jawa.
Tapi, sekalipun bernama dan berwajah Jawa, Ismanto sebenarnya lahir di Suriname dan baru pertama kali ini datang ke Indonesia. Ayah dan Ibunya juga lahir di Suriname. "Kakek dan Nenek dari ayahnya lah yang lahir di Indonesia. Kakeknya orang Sunda, sedangkan neneknya dari Yogyakarta,” kata istri Ismanto, Bibie Sara Adna Salarbaks, wanita keturunan India. Ia dan suaminya pun juga berencana mengunjungi Yogyakarta, pekan ini, kendati sudah tak ada sanak saudara lagi di sana.
Bibie bertutur, sebenarnya ayah dari suaminya fasih berbahasa Indonesia. "Tapi, dia berbicara kepada anak-anaknya menggunakan bahasa Belanda,” kata Bibie Sara dalam bahasa Inggris, saat berbincang dengan Tempo di sela-sela kunjungan Ismanto ke pelatnas Cipayung. “Di Suriname, bahasa utama kami memang Belanda dan Inggris.”
Kendati demikian, Ismanto turut merasakan bahwa ada ikatan sejarah dan kultural antara Indonesia-Suriname. Ini juga yang menjadi salah satu alasan mengapa dia memilih mengunjungi Indonesia untuk belajar bagaimana mengelola dunia olahraga.
“Sudah dua kali saya terpaksa menunda kunjungan ke Indonesia karena situasi di negara saya yang tak memungkinkan,” kata Ismanto saat diwawancarai usai mengunjungi pemusatan latihan nasional (pelatnas) sepak takraw di Cibubur, Jakarta. “Sekarang baru terealisasi...saya sangat senang berada di sini. Saya akan menggunakan pengetahuan yang saya dapat ini untuk mengembangkan kepemudaan dan keolahragaan di negara saya.”
GADI MAKITAN