TEMPO.CO , Bandung: Perjalanan tim The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala Univeritas Katolik Parahyangan ke dua puncak gunung tertinggi di dua benua, Elbrus dan Kilimanjaro, menelan dana hingga Rp 500 juta. Dananya berasal dari kampus serta perusahaan swasta di Jakarta.
Ketua tim ekspedisi, Fransiska Dimitri Inkiriwang mengatakan, rencana pendakian tujuh puncak tertinggi oleh tim pendaki perempuan itu muncul sejak tim ekspedisi Mahitala sebelumnya sukses meraih tujuh puncak pada periode 2009-2011. Mereka ingin mengulangi sukses tim yang terdiri dari empat orang mahasiswa tersebut.
"Sekarang mewakili kaum perempuan dunia, beban kami berat juga," kata mahasiswi jurusan Hubungan Internasional berusia 21 tahun itu.
Ekspedisi ke dua puncak gunung yaitu Elbrus di Rusia, dan Kilimanjaro di Tanzania itu, kata Fransiska, berbiaya Rp 500 juta. "Peralatan semuanya baru, tidak ada yang bekas pakai dari tim ekspedisi sebelumnya," ujarnya sebelum berangkat ke Rusia.
Selain untuk peralatan dan perlengkapan mendaki puncak dan lereng gunung bersalju, biaya ekspedisi lainnya meliputi transportasi dan akomodasi. Rektor Universitas Parahyangan, Robertus Wahyudi Triweko mengakui besarnya biaya pendakian tersebut. Namun pihak kampus menyokong penuh demi prestasi anak negeri. "Mahitala juga salah satu unit kebanggaan karena model pembinaannya bagus," katanya.
Selain dari kampus, pendanaan mengucur dari program corporate and social responsibility PT Multikarya Asia Pasifik Raya. Perusahaan penyewaan dan penjualan alat pengeboran minyak dan gas bumi itu berkantor di Jakarta. Perusahaan itu juga yang dulu membiayai tim ekspedisi seven summits sebelumnya. Sebanyak empat pendakian puncak gunung tertinggi lainnya, rencananya akan dituntaskan pada 2016.
ANWAR SISWADI