TEMPO.CO, Tokyo – Menteri olahraga Jepang menjanjikan Stadion Nasional baru di Tokyo yang akan menjadi pusat penyelenggaraan Olimpiade (musim panas) 2020 selesai dibangun tepat waktu. Ia menyalahkan “kurangnya tanggung jawab” dalam pembuatan kerangka struktur bangunan.
Pembangunan Stadion Nasional yang baru mengalami sejumlah masalah, termasuk melambungnya biaya dan pemunduran pembongkaran. Hal itu menimbulkan spekulasi di media massa bahwa pembangunan itu tidak akan selesai sesuai jadwal. Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach, Senin kemarin, meminta Jepang untuk menetapan rencananya.
Menteri Olahraga dan Pendidikan Hakubun Shimomura, pada Selasa menyatakan kurang jelasnya siapa penanggungjawab (pembangunan stadion) menjadi persoalan. Stadion itu (juga) akan digunakan pada Piala Dunia Rugby 2019.
"Misalnya, ada laporan bahwa penyelesaian akan tertunda pada April. Jika sudah ada laporan tersebut sebelumnya, saya percaya kita mungkin sudah merespons dengan lebih feksibel,” katanya tanpa memerinci lebih lanjut.
"Kami tidak akan kehilangan kepercayaan internasional," katanya menambahkan. "Masih ada waktu empat tahun lagi. Kita akan berurusan dengan hal ini dan memastikan selesai sesuai jadwal.”
Petugas yang bertanggung jawab soal stadion di Dewan Olahraga Jepang sependapat bahwa (pembangunan stadion baru itu) akan selesai sesuai rencana. “Kami sedang memastikan segala upaya sesuai rencana,” ujarnya.
Jepang pada Mei menetapkan kabinet baru yang akan bertugas menyiapkan Olimpiade 2020. Menteri yang baru diharapkan akan mengumumkkan rencana mereka bulan ini.
Dalam kampanye pencalonannya Tokyo menjanjikan “Olimpiade yang kompak” dengan sebagian besar tempat pertandingan berjarak 8 kilometer dari perkampungan atlet. Namun, melonjaknya biaya konstruksi dan buruh membuat pembenahan rencana pembangun tempat-tempat pertandingan atau pemanfaatan fasilitas yang sudah ada.
Dalam rapat IOC di Lausanne yang berakhir Senin, delapan tempat pertandingan telah disetujui. Perubahan itu termasuk tempat pertandingan anggar, gulat, dan taekwondo. Tempat pertandigan itu berjarak 40 kilometer dari pusat Tokyo. Untuk pertandigan layar jaraknya sama dengan tempat pertandingan yang digunakan pada Olimpiade Tokyo 1964.
Kontroversi terbesar seputar pembangunan stadion yang dirancang Zaha Hadid, arsitek yang membangun pusat Olimpiade London 2012, biaya stadion yang sejak awal dirancang berwawasan jauh ke depan itu dinilai terlampau besar.
Jepang telah membatalkan pemasangan 35 persen atap stadion yang berkasitas tempat duduk 80 ribu. Pembatalan ini termasuk dalam pemotongan biaya.
Pada Mei lalu Gubernur Tokyo, Yoichi Masuzoe, mengecam biaya pembagunan stadion hingga 400 juta dolar Amerika atau Rp 5,3 triliun. Ia menyebutnya sebagai jumlah yang “konyol”. Masuzoe dan Shimomura sejak awal bersesilih soal biaya itu.
REUTERS | AGUS BAHARUDIN