TEMPO.CO, Jakarta - Atlet balap sepeda Inggris, Chris Froome, menorehkan sejarah di Tour de France. Di etape terakhir yang berlangsung di Paris, Ahad, 26 Juli 2015, Froome memastikan kemenangannya dan menjadi orang Inggris pertama yang mampu menjuarai Tour de France dua kali. Pada 2013, Froome juga menjadi kampiun ajang adu balap sepeda paling bergengsi itu.
Sayang, perlakuan beberapa fan balap sepeda terhadap Froome justru intimidatif. Dia mengatakan sempat dilempari air kencing di etape ke-14 dan diludahi dua kali di dua etape terakhir sebelum Paris. Rekan setimnya, Richie Porte, menambahkan keterangan bahwa Frome juga dipukul di etape ke-10.
Tapi Froome melewati itu semua dan akhirnya keluar sebagai juara. Seorang pendukungnya menyimpulkan pengalaman Froome itu dalam sebuah peribahasa Afrika. Kebetulan, Froome memang lahir di Kenya. "Saat tak ada musuh di dalam, tidak ada musuh di luar yang bisa menyakitimu," kata Paul Sherwen, mantan atlet balap sepeda Inggris yang kini menjadi penyiar. Ungkapan itu pun dibunyikan ulang oleh Froome di akun Twitter pribadinya, Selasa, 28 Juli 2015.
Musabab intimidasi yang diterima Froome itu yakni kecurigaan bahwa dia menggunakan doping. Salah satu pemicu kecurigaan itu adalah penampilan luar biasa Froome di etape ke-10, 14 Juli lalu. Di rute tanjakan itu, dia meninggalkan lawan-lawannya dan finis dengan selisih waktu cukup lebar, yaitu 59 detik. Seorang ahli fisiologi Prancis, Pierre Sallet, mengatakan penampilan Froome abnormal, jika dilihat dari rasio power-to-weight.
Tim balap Froome, Team Sky, pun membantah tuduhan itu dengan membeberkan data detail. Tapi, sekalipun data telah dibeberkan, Froome mengatakan tidak yakin beberapa orang yang meragukannya akan begitu saja percaya. "Banyak orang di luar sana yang sudah memiliki praduga dan tak peduli apa pun informasi yang kami sampaikan. Pendapat mereka tidak akan berubah," ujarnya.
GADI MAKITAN