TEMPO.CO, Banyuwangi - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi bekerja sama dengan Bansring Breeze Resort akan menggelar kejuaraan selancar layar internasional. Acara ini akan digelar pada Sabtu-Ahad, 22-23 Agustus 2015, bertempat di Pulau Tabuhan, Banyuwangi.
Para peselancar dari 20 negara akan meramaikan cara yang bertajuk “Tabuhan Island Pro Kiteboarding” ini. Ke-20 negara yang akan ikut berpartisipasi antara lain Amerika Serikat, Brasil, Inggris, Swedia, Finlandia, Belanda, Polandia, Rusia, Prancis, Spanyol, Jerman, Austria, Selandia Baru, Australia, Thailand, Singapura, dan Cina.
Acara ini telah dirintis sejak tahun lalu dan diikuti opara peselancar dari sepuluh negara. Pulau Tabuhan dipilih sebagai tempat ajang kejuaraan ini karena memiliki kecepatan angin 20-25 knot yang konstan sepanjang Mei-Oktober.
“Olahraga ini membutuhkan angin untuk menggerakkan layar. Semakin banyak angin, semakin bagus,” kata Jeroen van Der Kooij, ketua panitia acara ini dalam konferensi pers, Selasa petang, 18 Agustus 2015.
Dia menjelaskan mengenai olahraga ini. Selancar layang atau kiteboarding adalah olahraga air yang mengkombinasikan beragam unsur, dari selancar angin, selancar, paralayang, bahkan senam, menjadi satu jenis olahraga. Para peselancar layang memanfaatkan angin dengan kekuatan besar yang terkontrol untuk menaklukkan air dengan papan selancar kecil. Gerakan dalam selancar layang ini seperti freestyle, free-ride, downwinders, speed, course racing, wakestyle, jumping, dan kitesurfing di ombak.
“Mereka bisa terangkat dari air, melayang-layang di udara, lalu melandai kembali berselancar di air dengan gerakan-gerakan akrobatik,” ujarnya.
Menurut Jeroen, selama ini pemain selancar layang hanya mengenal Bali. Padahal kecepatan angin di Bali hanya berkisar 10-15 knot dan tidak konstan. Akibatnya, peselancar menggunakan paralayang yang lebih besar. Jeroen mengaku sudah mendatangi banyak tempat di Asia untuk bermain kiteboarding, tapi Pulau Tabuhan dianggap lokasi terbaik.
“Selain angin besar, pemandangan Pulau Tabuhan indah, air jernih, dan biota lautnya beragam,” tuturnya.
Sesuai data dari Asosiasi Selancar Layang Internasional (IKA), kata Jeroen, jumlah pemain olahraga ini di dunia mencapai lebih dari 1,5 juta orang. Nilai pasar industrinya ditaksir US$ 321 juta atau sekitar Rp 4,33 triliun.
Niklas Langseth, salah satu peselancar layang asal Swedia, menjelaskan dia sudah bermain di banyak negara, seperti Meksiko, Brasil, dan Yunani, tapi belum pernah bermain di Indonesia. Lantas dia tertarik menerima tawaran panitia yang menjamin Pulau Tabuhan sangat tepat untuk bermain kiteboarding. “Saat di kapal feri, saya merasakan angin di Banyuwangi cukup bagus,” ucap juara freestyle kiteboarding ini.
Peselancar asal Australia, Fu Sumsion, berharap Pulau Tabuhan menjadi tempat kiteboarding terbaik di Indonesia dan Asia. Bila benar, kata dia, nantinya perusahaan Best Kiteboarding akan tertarik mendirikan cabangnya di Banyuwangi.
IKA NINGTYAS