TEMPO.CO, Jakarta- Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat serta Kementerian Keuangan memangkas usulan dana tambahan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2016. Semula instansi yang dipimpin Imam Nahrawi itu mengajukan 13 program dengan anggaran Rp 2,6 triliun, tapi jumlah yang disetujui dua lembaga tadi hanya sekitar Rp 500 miliar.
"Kebijakan itu diambil setelah melihat kondisi keuangan berdasarkan asimsi makro negara kita," kata Teuku Riefky Harsya, Ketua Komisi Olahraga Dewan Perwakilan Rakyat di Kompleks Parlemen Senayan, kemarin.
Pemangkasan anggaran itu bisa mengacaukan program nasional dan internasional Kementerian Olahraga pada tahun depan. Khususnya persiapan Asian Games 2018, Olimpiade Olahraga Rekreasi (Tafisa), Pekan Olahraga Nasional (PON) dan Pekan Paralimpiade Nasional (Perpanas, serta pemberian dana pensiun atlet. Sebab semua program preoritas itu masuk dalam usulan tambahan Kementerian Olahraga.
Persiapan Asian Games misalnya, Kementerian Olahraga mengajukan dua program yakni renovasi Kompleks Gelora Bung Karno senilai Rp 765 miliar serta kekurangan dana penyelenggaraan Asian Games 2018 senilai Rp 505 miliar. Menurut Riefky, dana Rp 500 yang disetujui tersebut dari seluruh permintaan Kementerian Olahraga kemungkinan hanya mengakomodasi renovasi Gelora Bung Karno. Ini berarti 12 program lainnya tak disetujui. "Kami sangat menyayangkan kondisi ini karena semua terkait dengan program preoritas pemerintah," ujar politikus Partai Demorkat itu.
Riefky mengatakan kondisi ini memang terkait dengan keuangan negara yang sedang minim. Namun dia melihat masalah tak bakal terjadi bila Kementerian Olahraga mengajukan program preoritas itu dalam nota keuangan awal APBN 2016 yang rampung Agustus lalu. Sayangnya, kata Riefky, Kementerian Olahraga mengajukannya dalam usulan anggaran tambahan."Padahal ini program untuk menjaga kepentingan nasional dan nama baik Presiden Joko Widodo," katanya.
Gatot S. Dewa Broto, Deputi Bidang Harmonisasi dan Kemitraan memaklumi kondisi keuangan negara yang cukup minim. Gatot juga membenarkan instansinya selayaknya mengajukan anggaran tersebut dalam nota keuangan APBN 2016 sejak awal, bukan pada usulan dana tambahan. Namuun Gatot mengingatkan nota keungan APBN awal tersebut sudah didesain untuk program-program yang sesuai dengan tugas pokok rutin Kementerian Olahraga, "Agak susah mengubah program rutin itu," katanya saat dikonfirmasi, kemarin.
Pernyataan Gatot memang sesuai hasil pengajukan Kementerian Olahraga pada nota keuangan awal APBN 2016. Dari Rp 4 triliun yang diusulkan ke Dewan, hanya Rp 2,8 triliun yang disetujui. Itulah yang membuat instansi ini mengajukan anggaran tambahan baru sebesar Rp 2,6 triliun dalam 13 program tadi.
Kendati demikian, Gatot tak khawatir pemangkasan anggaran tambahan tadi bakal menggagalkan program preoritas instansinya pada tahun depan, salah satunya dana pensiun atlet. Sebab sebagian dana pada 13 usulan baru tersebut sudah terakomodasi di nota keuangan awal APBN yang sudah disejui sejak Agustus, meskipun jumlahnya minim.
Gatot mengatakan lembaganya tinggal menyesuaikan kembali jumlah anggaran yang bakal disuntik ke setip program berdasarkan kas instansinya, "Kami memang akan melakukan revisi program kegiatan karena jumlah yang tercover pada APBN kurang signifikan."
Riefky menambahkan pemerintah bisa menyelamatkan program tersebut dalam APBN Perubahan 2016. Sebab pembahasan anggarannya rencananya dimajukan sekitar Maret 2016. Namun Gatot masih akan mengkaji usulan itu, "Karena pengalaman dan realitasnya tidak semudah itu."
TRI SUHARMAN