TEMPO.CO, Jakarta - Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) mengevaluasi dua pasangan andalan Indonesia—ganda campuran Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir dan ganda putra Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Penampilan mereka akhir-akhir ini menurun.
Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, yang sempat menduduki tahta perigkat satu dunia pada akhir 2013 serta meraih dua gelar juara dunia pada 2013 dan 2015, belakangan ini tak dapat mengeluarkan kemampuan terbaik mereka dan mesti tersandung lawan di babak awal.
Para penggemar bulutangkis Indonesia sempat dikejutkan dengan kekalahan Hendra/Ahsan di babak kedua Denmark Open Super Series Premier 2015 atas ganda Cina, Liu Cheng/Lu Kai, yang peringkatnya berada jauh dibawah Hendra/Ahsan. Di ajang China Open Super Series Premier 2015, Hendra/Ahsan lagi-lagi tak dapat melewati babak kedua setelah dihentikan oleh pasangan non-unggulan asal Cina, Zhang Wen/Wang Yilv.
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Rexy Mainaky mengambil langkah awal dengan berdiskusi bersama Kepala Pelatih Ganda Putra PBSI Herry Iman Pierngadi. “Berdasarkan hasil pembicaraan saya dan Herry, sebetulnya tidak ada masalah dengan permainan Hendra/Ahsan,” kata Rexy. “Hanya saja, Ahsan memang cenderung jenuh. Ini yang akan kami carikan jalan keluar.”
Rexy mengatakan, pihaknya akan membantu Hendra/Ahsan memperkuat kepercayaan diri mereka, termasuk dengan mengadakan program tambahan yang membantu mereka mengatasi tekanan dan perubahan dari lawan.
Penurunan performa juga terjadi pada pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Juara Dunia 2013 dan peraih gelar hattrick All England 2012, 2013, 2014 ini belum berhasil menyamai prestasi tahun lalu di ajang French Open Super Series 2014. Saat itu, mereka keluar sebagai juara. Tahun ini, Tontowi/Liliyana ditundukkan oleh Keigo Sonoda/Naoko Fukuman dari Jepang di babak pertama.
Tontowi/Liliyana harus menerima kenyataan pahit saat kembali terhenti di babak pertama turnamen China Open Super Series Premier 2015. Mereka ditaklukkan wakil Jerman, Michael Fuchs/Birgit Michels.
“Tontowi/Liliyana memang pasangan andalan, namun mereka bukan robot yang bisa menang terus,” kata Kepala Subbidang Pelatnas PP PBSI Ricky Soebagdja. “Mendekati olimpiade, jadwal pertandingan memang padat karena semua mau mengumpulkan poin. Rasa jenuh pada Tontowi/Liliyana itu tentu ada.”
Menurut Ricky, solusinya yang pertama adalah mengatur jadwal latihan dan turnamen. “Kami harus mendapat komitmen dari atlet. Kalau mereka siap, berangkat. Kalau tidak, ya, tidak berangkat, walaupun risikonya penalti untuk turnamen kelas premier,” ujarnya.
Bagaimanapun, Ricky menambahkan, bukan berarti atlet dapat seenaknya menyatakan bahwa mereka kurang siap untuk sebuah pertandingan. Segalanya harus dapat dipertanggungjawabkan dengan baik. Ricky juga berharap pelatih dan atlet lebih terbuka soal kondisi masing-masing.
Meskipun prestasi tengah menurun, baik Ricky maupun Rexy percaya para pemain andalan tersebut mampu melewati masa-masa sulit dan kembali ke top performance. Soal Hendra dan Liliyana yang sudah tak muda lagi, Rexy mengatakan hal ini bukanlah suatu masalah.
“Saya masih optimistis. Saya melihat, mereka masih punya peluang. Kami harus membuat mereka tetap segar. Akan kami usahakan agar dalam waktu dua bulan sudah bisa terlihat hasil pembenahannya,” ujar Rexy.
Ditambahkan Ricky, hal yang paling penting adalah mengamankan posisi kedua pasangan ini di Olimpiade Rio de Janeiro 2016, termasuk mendapat posisi terbaik saat penentuan daftar unggulan.
PBSI | GADI MAKITAN