TEMPO.CO, London – Lagu “God Save The Queen” terancam tak lagi dikumandangkan sebagai lagu kebangsaan Inggris dalam even-event olahraga sesuai dengan proposal yang diajukan sekelompok anggota parlemen.
Para anggota parlemen yang di antaranya mantan menteri pendidikan di kabinet bayangan (oposisi), Tristram Hunt, mendukung proposal tersebut.
Proposal ini akan diajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat, Rabu (13/1), mendesak agar lagu tersebut tak lagi dinyanyikan di event-event olahraga termasuk Piala Eropa 2016.
Sebelumnya, Perdana Menteri Inggris, David Cameron, juga mendukung seruan agar negara itu memiliki lagu kebangsaan sendiri seperti Skotlandia dan Wales dan ia memilih “Jerusalem” ciptaan pujangga Inggris, William Blake.
Tapi, sepupu Ratu Elizabeth II, Margaret Rhodes, menyebut proposal tersebut sebagai tindakan yang tidak santun dan pihak Kerajaan Inggris tak akan mendukungnya.
“Kita semua selalu merasa senang menyanyikan God Save The Queen. Saya tak melihat alasan untuk mengubah itu,” kata Rhodes yang telah berusia 90 tahun.
“Baginda Ratu selalu mengatakan ia hanya bertakhta selama rakyat Inggris menginginkan dirinya, tapi saya pikir yang mereka pikirkan tersebut cenderung tidak sopan. Itu gagasan yang konyol.”
Proposal Lagu Kebangsaan Inggris akan diajukan sesuai aturan “prosedur 10 menit” dan akan meminta Menteri Kebudayaan, Media, dan Olahraga, John Whittingdale, untuk membahasnya.
Jiks berhasil, Lagu Kebangsaan Inggris akan dinyanyikan dalam event-evant olahraga, tapi lagu “God Save The Queen” hanya akan dikumandangkan dalam upacara-upacara Britania Raya.
Proposal ini disponsori oleh anggota parlemen dari Partai Buruh, Toby Perkins, dan ia berargumen bahwa Inggris adalah komponen dari Kerajaan Inggris, bukan Britania Raya.
Seruannya diamini oleh anggota parlemen dari Partai Demokrat, Greg Mulholland, yang mengatakan bahwa sudah saatnya asosiasi-asosiasi olahraga Inggris menunjukkan keberaniannya dan mengikuti teladan dari Badan Olahraga Persemakmuran Inggris dan menggunakan lagu kebangsaan Inggris.
Anggota parlemen dari Partai Konservatif, Andrew Rosindell dan Daniel Kawczynski, juga memberikan dukungannya.
Pihak Istana Buckingham menolak untuk mengomentari isu tersebut saat dihubungi oleh MailOnline.
DAILYMAIL | A. RIJAL