TEMPO.CO, Jakarta - Program kecerdasan buatan (artificial intelligence) milik Google, yang diberi nama AlphaGo, berhasil menang dalam permainan catur Igo melawan seorang pemain Igo profesional, Lee Sedol, Sabtu, 12 Maret 2016. Dalam permainan lima set itu, AlphaGo mengungguli Lee dengan keunggulan 3-0.
Kemenangan ini mengejutkan banyak pihak, termasuk pengembang AlphaGo sendiri. Lee, pemegang 18 gelar internasional dalam kejuaraan Igo, dikalahkan sebuah program yang didesain Google DeepMind.
"Sejujurnya, kami agak terkejut dan tak mampu berkata-kata," kata Demis Hassibis, penemu DeepMind, seperti dikutip Reuters. Saking senangnya, Hassibis bahkan menyebut kemenangan itu sebagai momen bersejarah.
Catur Igo merupakan permainan yang populer di beberapa negara Asia, seperti Jepang, Cina, dan Korea Selatan. Permainan ini melibatkan dua pemain yang saling adu strategi lewat batu hitam dan putih di dalam kotak bergaris. Pemenang adalah ia yang memiliki wilayah paling banyak di akhir permainan.
Seorang eksekutif dari Google menyebutkan catur Igo memiliki terlalu banyak langkah untuk sebuah mesin, bahkan dengan menggunakan kalkulasi kasar. Berbeda halnya dengan catur biasa yang kalkulasinya lebih mudah. Pada tahun 1997, pecatur profesional, Garry Kasparov, dikalahkan oleh AI bernama Deep Blue milik IBM.
Para pengembang menyebutkan program AlphaGo saat ini hampir mendekati intuisi manusia. Program ini mampu mempelajari pertandingan-pertandingan lama dan menggunakan game simulasi untuk mengasah dirinya sendiri secara mandiri.
Lee mengaku berniat memenangkan pertandingan. Jikapun harus kalah, ia menargetkan hanya kalah dalam satu atau dua pertandingan saja. Saat ini, masih ada dua pertandingan tersisa yang akan digelar pada Minggu dan Selasa.
"Saya meminta maaf dengan sangat atas penampilan yang tak berdaya. Meskipun saya memiliki banyak pengalaman dalam Go, saya tidak pernah merasa tekanan berat seperti yang saya terima sekarang, dan saya kira kemampuan saya masih kurang untuk mengatasi itu," ungkap pemain asal Korea Selatan itu di Seoul, Korea Selatan.
"Lee Sedol yang kalah hari ini, bukan humanisme," katanya.
EGI ADYATAMA | REUTERS