TEMPO.CO, Jakarta - Pembangunan wisma atlet untuk Asian Games 2018 di Kemayoran, Jakarta, yang menelan biaya mencapai Rp 3,5 triliun, akan segera dimulai pengerjaannya. Bangunan yang terdiri dari 10 tower dengan 7.424 unit hunian itu akan berdiri di atas lahan seluas 10 hektar, diperkirakan selesai pada September 2017 atau 17 bulan ke depan.
Polemik lahan yang sebelumnya menghambat pembangunan sudah berhasil diatasi. Nantinya, setelah perhelatan Asian Games selesai, bangunan itu akan dimanfaatkan untuk tempat tinggal bagi penduduk Jakarta yang tergolong ekonomi menengah ke bawah, dan penduduk kawasan kumuh yang terkena relokasi.
Untuk Blok C-2 akan dibangun 3 tower dengan total 1.930 unit dan untuk Blok D-10 akan dibangun 7 tower dengan jumlah total 5.494 unit. Rusun untuk wisma atlet yang akan dibangun ini akan memiliki tipe 36 dengan dua kamar tidur, ruang tamu, dapur, kamar mandi dan tempat cuci jemur. Diperkirakan dalam satu unit akan dihuni oleh 3 orang, sehingga total keseluruhan wisma atlet ini akan menampung 22.272 orang penghuni.
Penandatanganan pembangunan proyek antara pejabat Pembuat Komitemen Rumah Susun Tingkat II, Direktorat Jenderal Penyedia Perumahan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dengan para kontraktor pelaksana, melakukan penandatanganan kontrak pembangunan wisma atlet tersebut di gedung Kementerian PUPR, Jakarta, Kamis, 17 Maret 2016.
Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR, Syarif Burhanuddin, yang hadir menyaksikan penandatanganan itu, yakin kontraktor akan menyelesaikannya tepat waktu dalam 510 hari. "Kita ini sangat ketat waktunya, apalagi ada pra test event yang dilaksanakan sebelum 2018, karena itu saya berharap baik, yang berlantai 18 maupun 32 itu bisa selesai paling lambat Oktober," tuturnya, seperti dikutip dalam situs resmi Kementerian PUPR.
Syarif bahkan menjanjikan bakal ada pengawasan per hari. Selain itu, kata dia, Kementerian PUPT juga mempunyai satuan tugas dan tim internal untuk mengawasi secara teknis dan melakukan deteksi dini jika ada keterlambatan.
Sebelumnya, pembangunan wisma atlet itu sempat mengalami masalah. Pemerintah Daerah DKI Jakarta yang dibebani untuk membangun wisma tidak bisa memulai pembangunan, karena lahan tersebut berstatus milik Kementerian Sekretaris Negara beralih menjadi aset pemerintah.
Polemik lahan itu bahkan sempat membuat Dewan Olimpiade Asia (OCA) mengancam akan mengalihkan tuan rumah Asian Games dari Indonesia ke negara lain yang dianggap lebih siap. Presiden OCA Sheikh Ahmad Al Fahad mengirim surat teguran itu dua kali, pada Oktober dan November 2015.
Persoalan itu berhasil diatasi setelah rapat Sekretaris Negara pada 5 Januari 2016 memutuskan bahwa seluruh keperluan anggaran dan pelaksanaan pembangunan wisma atlet dan renovasi Gelora Bung Karno, Senayan, diserahkan sepenuhnya kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Pada saat pertemuan Coordination Committe OCA di Jakarta, Menteri PUPR Basuki Hadimulyono, secara meyakinkan telah mempresentasikan pembangunan wisma atlet maupun kawasan GBK Senayan, disertai waktu pengerjaannya, sehingga OCA percaya Indonesia siap menjadi tuan rumah Asian Games 2018.
"Dengan adanya kontrak penandatangan pembangunan wisma atlet di Kemayoran, ini satu tahap persiapan fisik dalam rangka penyelenggaraan Asian Games 2018 sudah terlewati," ujar Kepala Komunikasi Kementerian Pemuda dan Olahraga, Gatot S. Dewa Broto, di Jakarta, Kamis, 17 Maret 2016. Gatot sebagai wakil dari Kemenpora, hadir menyaksikan penandatanganan itu.
Pembangunan wisma atlet, menurut Gatot, akan menjadi langkah progres persiapan menjadi tuan rumah Asian Games yang akan disampaikan kepada OCA. "Sehingga, saat nanti OCA akan bertemu lagi di Indonesia tanggal 10 dan 11 Mei 2016, ada sejumlah persiapan Indonesia yang dapat dipaparkan," ujar Gatot.
RINA WIDIASTUTI