TEMPO.CO, Denpasar - Sebanyak 6.000 wisatawan asing mendaftar Bali InterHash 2016 di Inna Grand Bali Beach Hotel, Sanur, Bali, hari ini. Enam ribu turis tersebut berasal dari 75 negara yang sengaja datang ke Bali untuk mengikuti olahraga hash. Bali InterHash 2016 berlangsung 20-22 Mei 2016 di lima kota di Pulau Dewata.
Hash mungkin salah satu jenis olahraga yang kurang populer di Indonesia. Hash merupakan olahraga sejenis lari lintas alam. Lintasan larinya pun ekstrem dan harus jarang dilalui. "Mirip jalur babi hutan-lah," kata panitia Bali InterHash 2016, Lie Sehaiean, kepada Tempo, Kamis, 19 Mei 2016.
Lie menambahkan, jalur lintasan hash cukup ditandai dengan potongan kertas atau sobekan kain. Alhasil, hash jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah olahraga lari cari jejak lintas alam. (Lihat video Enam Ribu Pasukan Merah Serbu Bali, Perjuangan Menjadi Tuan Rumah Interhash 2016, Wali Kota Denpasar Sambut Peserta Bali Interhash 2016)
Menurut Lie, olahraga hash dipopulerkan oleh tentara Inggris di Malaka—ketika Inggris menjajah Malaysia—pada 1930-an. Lie menuturkan ketika itu serdadu-serdadu Inggris memanfaatkan lebatnya hutan Malaysia untuk kegiatan mencari jejak.
Lama-kelamaan, tentara Inggris menjadikan kegiatan tersebut sebagai olahraga dan hiburan. "Lalu terbentuklah klub hash pertama di dunia bernama MotherHash. Yang bikin ya tentara Inggris di Malaka itu," ujar Lie.
Olahraga hash pun terbawa ke Inggris dan kawasan Eropa. Awalnya hash yang mirip olahraga militer berubah menjadi hiburan. Pelaku olahraga hash tak dilarang meminum alkohol ketika berlari. Bahkan tak ada aturan pakaian dan sepatu untuk atlet hash. "Suka-suka mereka saja. Tak pakai baju atau sepatu tak masalah, yang penting senang," tutur Lie.
Olahraga hash, Lie melanjutkan, mulai masuk Indonesia ketika pemerintahan Orde Baru. Ketika itu banyak warga asing, terutama Eropa, yang bekerja di Indonesia. Unsur kebebasan dan keceriaan menjadi daya tarik bagi warga lokal menjajal olahraga hash.
INDRA WIJAYA