TEMPO.CO, Bandung - Kemampuan atlet-atlet Indonesia belum memenuhi standar Olimpiade. Alasan inilah yang digunakan panitia Olimpiade 1948 di London untuk menolak keikutsertaan Indonesia dalam perhelatan olahraga terbesar di dunia tersebut.
Sesungguhnya baik Inggris maupun Indonesia sama-sama mengusung kepentingan politik. Melalui ajang ini, Indonesia berharap memperoleh pengakuan dunia sebagai negara merdeka, sedangkan Inggris yang menjadi sekutu Belanda berupaya menghambat pengakuan itu.
Demi mencari solusi dari masalah ini, digelarlah konferensi darurat PORI (Persatuan Olahraga Republik Indonesia) di Surakarta atau Solo pada 1 Mei 1948. Hasilnya, para pengurus PORI sepakat menyelenggarakan pekan olahraga, seperti yang pernah diadakan ISI (Ikatan Sport Indonesia) pada 1938.
Solo yang kala itu memiliki fasilitas olahraga paling memadai kemudian dipilih sebagai tempat penyelenggaraan. Akhirnya, PON pertama pun terselenggara pada 9 sampai 12 September 1948. PON yang diresmikan Presiden Sukarno itu diramaikan oleh 13 kelompok olahraga, yaitu dari Bandung atau Priangan, Jakarta, Yogyakarta, Solo, Magelang, Semarang, Kediri, Madiun, Pati, Kedu, Surabaya, Malang,dan Banyumas.
PON I mempertandingkan sekitar 600 atlet pada 9 cabang olahraga dan memperebutkan 108 medali (emas, perak, perunggu). Juara umum PON pertama diraih oleh kota Solo dengan raihan total 36 medali. Acara penutupannya dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX selaku Ketua Komite Olimpiade Republik Indonesia (KORI).
Selanjutnya, berbagai kota di Indonesia bergantian menjadi tuan rumah PON, dari Jakarta, Medan, Makassar, Surabaya, Palembang, Samarinda, hingga Pekanbaru. Kini, 68 tahun setelah penyelenggaraan pertama, PON kembali singgah di Jawa Barat.
Tak hanya tahun ini, Jawa Barat juga tercatat pernah menjadi tuan rumah sekaligus juara umum PON V pada 1961.Perhelatan PON pada 2016 ini menjadi peluang besar bagi kota Priangan untuk kembali menjadi juara umum. Karenanya, berbagai persiapan dan pembenahan telah dilakukan sejak jauh-jauh hari.
Saat ini sebagai negara merdeka, Indonesia telah bebas mengikuti berbagai ajang olahraga kelas dunia, bahkan menjadi juara di beberapa cabang. Kemerdekaan ini tentu takkan terwujud tanpa peran para pendiri republik yang memperjuangkan martabat bangsa melalui jalur olahraga. (*)