TEMPO.CO. Bandung - Obor dan api menjadi elemen yang selalu ada dalam setiap perhelatan besar olahraga. Keduanya melambangkan semangat sportivitas dalam berkompetisi meraih prestasi. Terkait dengan hal ini, Pengurus Besar Pekan Olahraga Nasional (PB PON) XIX/2016 telah melakukan sejumlah persiapan.
Desain obor bukan sekadar sebagai bagian upacara peresmian pertandingan, melainkan juga simbol kebanggaan daerah yang menjadi tuan rumah. Karena itu, pegangan obor PON dibuat dari kayu ruyung yang diambil dari pohon kawung atau enau. Pohon ini banyak tumbuh di Jawa Barat dan memiliki banyak manfaat, dari pucuk sampai akarnya.
Baca Juga:
Adapun bagian atas obor terbuat dari kuningan dengan desain motif batik Kawung Ece dari Kabupaten Garut. Berbeda dengan PON sebelumnya yang memesan obor dari luar negeri, obor PON kali ini akan diproduksi sendiri oleh para seniman Jawa Barat.
Tak hanya obor, tapi lentera bermotif Gedung Sate dan tungku untuk menyimpan api juga akan disiapkan panitia. Api dalam lentera tersebut berfungsi sebagai api cadangan apabila karena sesuatu hal api pada obor mati.
Rencananya, api PON 2016 diambil langsung oleh Ketua Umum PB PON XIX/2016, yang juga Gubernur Jawa Barat H Ahmad Heryawan, dari sumber api alam di Balongan, Kabupaten Indramayu. Setelah itu, kirabnya akan menempuh 1.005,4 kilometer melewati semua kabupaten/kota tempat penyelenggaraan PON dan finis di Gedung Sate, Bandung.
Baca Juga:
Tepat pada 17 September 2016, api PON akan dibawa ke lokasi upacara pembukaan di Stadion Si Jalak Harupat dan akan dihadiri Presiden RI Joko Widodo. Koordinator Bidang Penyutradaraan Bidang Upacara Aat Soeratin menyebutkan, api PON akan dibawa oleh 2.052 orang pelari yang direkrut dari anggota TNI. Di setiap kabupaten, api akan diarak bersama atlet legendaris Jawa Barat.
“Selain dilintasi api PON, setiap kabupaten-kota, termasuk yang tidak menjadi tuan rumah PON XIX/2016, akan menggelar Festival PON XIX/2016 sehingga semarak PON bisa dirasakan oleh masyarakat,” kata Aat. (*)