TEMPO.CO, New York - Maria Sharapova tidak akan tampil di Olimpiade Rio yang akan digelar bulan depan. Kepastian ini didapatkan setelah Pengadilan Arbitrasi Olahraga (CAS) memutuskan untuk menunda putusan atas banding yang diajukan petenis Rusia tersebut, kemarin.
Penundaan putusan yang rencananya akan diumumkan pada 18 Juli mendatang karena Federasi Tenis Internasional (ITF) membutuhkan lebih banyak waktu untuk melengkapi bukti-bukti dan menanggapi pengajuan banding petenis berusia 29 tahun tersebut. "Keputusan ini diharapkan akan diterbitkan pada 19 September 2016," kata pejabat CAS.
Sharapova masuk daftar resmi atlet Rusia yang akan tampil di cabang tenis di Olimpiade Rio.
Sayangnya, mantan petenis nomor satu dunia itu lebih dulu dijatuhi sanksi larangan bermain tenis selama dua tahun setelah dinyatakan positif menggunakan meldonium dalam ajang Autralia Terbuka 2016. Padahal, sejak awal tahun 2016, World Anti Doping Agency telah menetapkan bahwa obat tersebut masuk daftar zat terlarang.
Larangan Sharapova akan berlaku sampai 25 Januari 2018. Selain Olimpade Rio, ia telah melewatkan Prancis Terbuka dan Wimbledon. Selain itu, masih ada turnamen beberapa mayor, yakni Amerika Terbuka tahun ini dan empat turnamen seri Grand Slam tahun depan.
Dalam menjalani masa pelarangan dan menunggu keputusan banding, Sharapova kini justru mengikuti kursus di sekolah bergengsi Harvard Busines School sejak pekan lalu. Dalam unggahan di akun media sosialnya, ia mengunggah foto dirinya di depan gerbang sekolah. “Aku tidak yakin bagaimana ini bisa terjadi, tapi hei, Harvard! Tidak sabar untuk segera memulai program,” katanya.
Selama ini, petenis peraih lima gelar Grand Slam itu mengaku tidak tahu bahwa meldonium sudah masuk daftar zat yang dilarang. Sebelumnya, ia mengatakan sudah menggunakan obat tersebut selama 10 tahun terakhir sebagai obat jantung. Hal itulah yang membuatnya mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga.
Meski telah dilarang bermain, Sharapova masih belum ditinggalkan sponsornya. Beberapa perusahaan besar, seperti Nike, Head, dan perusahaan air minum kemasan Evian, menyatakan masih akan mempertahankan dukungan mereka. Bahkan CEO Head Johan Eliasch membela Sharapova. Menurut dia, keputusan sanksi yang diberikan Federasi Tenis Internasional batal demi hukum. “Keputusan itu cacat,” kata Eliasch, bulan lalu.
Bos perusahaan raket yang berbasis di Austria itu meragukan bukti ilmiah untuk efek meldonium bisa meningkatkan kinerja atlet. Sampai kini, kata dia, belum ada penelitian yang menunjukkan penggunaannya dapat mempengaruhi performa seorang atlet. “Tampaknya ITF telah membuat keputusan berdasarkan proses cacat yang dilakukan oleh WADA,” tuturnya.
REUTERS| TENNIS.COM| NUR HARYANTO