TEMPO.CO, Rio de Janeiro - Lima dari 10 atlet pengungsi akan tampil dalam Olimpiade ke-31 di Rio de Janeiro, Brasil, 5-21 Agustus mendatang. Para atlet dari negara-negara yang sedang dilanda konflik itu akan tampil di bawah Bendera Olimpiade dan mereka dimasukkan dalam “Atlet Olimpiade Tim Pengungsi” atau disingkat ROA.
Menurut Presiden IOC, Thomas Bach, tampilnya para atlet pengungsi dalam Olimpiade 2016 menunjukkan solidaritas terhadap para pengungsi di berbagai penjuru dunia. Badan PBB untuk urusan pengungsi UNHCR menunjuk Ibrahim Al-Huseein, pengungsi Suriah yang tinggal di Yunani, membawa obor Olimpiade yang diarak menuju penampungan pengungsi dan migran di Eleonas, Yunani.
Eleonas telah dipilih sebagai satu di antara kota yang dilewati obor Olimpiade ke-31.
Adapun sepuluh atlet pengungsi itu ialah Rami Anis (Suriah), Yolande Mabika (Kongo), Paulo Amotun Lokoro (Sudan Selatan), Yusra Mardini (Suriah), Yiech Pur Biel (Sudan Selatan), Rose Nathike Lokonyen (Sudan Selatan), Popole Misenga (Kongo), Yonas Kinde (Ethiopia), Anjelina Nadai Lohalith (Sudan Selatan), dan James Nyang Chiengjiek (Sudan Selatan).
Anis merupakan perenang nomor 100 meter gaya kupu-kupu putra asal Aleppo, Suriah, yang kini mengungsi di Belgia. Kota Aleppo hancur karena dihujani bom akibat berbagai konflik.
Mabika adalah pejudo kelas menengah putri Kongo yang mengungsi Brasil. Lakoro adalah pelari 1.500 meter putra Sudan Selatan yang mengungsi di Kenya. Mardini merupakan perenang gaya bebas 200 meter putri Suriah yang mengungsi di Jerman. Biel adalah pelari nomor 800 meter putra Sudan Selatan yang mengungsi di Kenya. Lokonyen adalah pelari nomor 800 meter putri Sudan Selatan mengungsi di Kenya. Misenga merupakan pejudo kelas menengah putra Kongo yang mengungsi di Brasil. Kinde pelari maraton Ethiopia mengungsi di Luksemburg. Lohalith pelari 1.500 meter putri Sudan Selatan yang mengungsi di Kenya. Sedangkan Chiengjiek adalah pelari 800 meter putra Sudan Selatan yang mengungsi di Kenya.
“Renang adalah hidup saya dan kolam renang adalah rumah saya,” kata Anis, 25 tahun.
IOC | UNHCR | AGUS BAHARUDIN