TEMPO.CO, Jakarta - Tim angkat besi Indonesia waswas akan kemampuan lawan menjelang dimulainya Olimpiade 2016 Rio de Janeiro. Walhasil, manajer dan pelatih tim Indonesia rajin memantau kekuatan lifter-lifter negara lain.
"Jika mengetahui kekuatan lawan, kami bisa tentukan strategi menjelang pertandingan agar atlet Indonesia bisa menang," kata Manajer Kepala Bidang Angkat Besi Pengurus Besar Persatuan Angkat Beban, Binaraga, Angkat Besi Seluruh Indonesia, Alamsyah Wijaya, Kamis.
Indonesia mengirim tujuh lifter untuk berlaga di Olimpiade Rio. Mereka adalah Deni di kelas 77 kilogram, Triyatno dan I Ketut Ariana (69 kg), Eko Yuli Irawan dan Muhammad Hasbi (62 kg), Dewi Safitri (69 kg putri), serta Sri Wahyuni (kelas 48 kg putri). Sebelum ke Brasil, tim angkat besi Indonesia sempat berlatih di Afrika Selatan selama 20 hari.
Angkat besi merupakan cabang olahraga yang diunggulkan Indonesia untuk meraih medali. Sebab, pada Olimpiade London empat tahun silam, Triyatno dan Eko Yuli sukses merebut medali perak dan perunggu.
Sayangnya, Alamsyah mengakui persaingan cabang angkat besi di Olimpiade Rio sangat ketat, termasuk di nomor-nomor yang diikuti ketujuh atlet Indonesia. Pesaing ketat Indonesia adalah atlet-atlet dari Cina dan negara-negara di Eropa Timur. Alamsyah semakin deg-degan lantaran negara-negara tersebut sangat merahasiakan latihan mereka.
"Lifter-lifter top Cina dan negara Eropa Timur tak pernah latihan di tempat yang disediakan oleh panitia," kata dia.
Sebaliknya, justru tim negara lawan memantau perkembangan latihan atlet Indonesia. Sebab, mereka datang ketika tim Indonesia berlatih di tempat yang disediakan panitia.
Kekhawatiran tim Indonesia semakin bertambah karena munculnya lawan-lawan lain yang meramaikan persaingan medali, seperti Thailand dan Korea Utara. Meski begitu, Alamsyah bersyukur kemampuan ketujuh atletnya semakin bagus sebelum 7 Agustus 2016, ketika perlombaan angkat besi Olimpiade Rio dimulai.
"Atlet kita punya mental yang kuat, dan sudah biasa menghadapi persaingan yang ketat dalam kompetisi tingkat dunia," kata Alamsyah.
Salah satu jagoan Indonesia, Eko Yuli Irawan, mengaku sudah siap bertanding. "Sudah 97 persen, tinggal pematangan teknik saja," kata dia.
Eko pun mengaku tak khawatir atas persaingan ketat di nomor angkat besi yang ia ikuti. Eko optimistis tampil bagus karena dalam latihan terakhir ia mampu melewati angkatan terbaiknya ketika meraih medali perunggu di Olimpiade 2012 London.
"Tapi itu belum cukup karena kemampuan lifter negara lainnya pun meningkat. Saya perlu lebih maksimal lagi," kata dia.
Selain itu, bonus lima kali lipat jika meraih medali yang dijanjikan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi semakin membakar semangat Eko dan kawan-kawan. Menteri Imam berjanji memberikan hadiah Rp 5 miliar, Rp 2 miliar, dan Rp 1 miliar untuk atlet yang mampu meraih medali emas, perak, dan perunggu. "Tapi fokus saya sejak awal tetap, yakni memberikan yang terbaik di Olimpiade ini," kata Eko.
Duta Besar Indonesia untuk Brasil Toto Riyanto sempat mendukung tim angkat besi Indonesia dengan datang ke tempat latihan mereka di Paviliun 5 Riocentro, Rio de Janeiro, kemarin. Toto mengatakan siap membantu segala kebutuhan seluruh atlet Indonesia yang berlaga di Olimpiade Rio.
Sebagai buktinya, Toto mengirimkan hampir 60 persen staf Kedutaan ke Rio de Janeiro dari kantor di Brasilia, Ibu Kota Brasil. Toto berharap staf Kedutaan Indonesia bisa membantu kontingen untuk masalah transportasi, akomodasi, penerjemah bahasa, dan konsumsi.
"Sekitar 60 persen staf di kedutaan kami kirim ke Kota Rio de Janeiro agar dapat optimal membantu keperluan kontingen Indonesia," katanya.
Di antara dukungan yang diberikan adalah koordinasi dengan kontingen Indonesia dalam keperluan transportasi, akomodasi, petugas penerjemah, dan juga konsumsi bagi para atlet, yang tidak semuanya cocok dengan makanan yang disediakan panitia setempat.
"Kami juga membantu komunikasi ke pemerintah Brasil. Misalnya soal virus zika, pemerintah Brasil sudah berupaya maksimal melakukan pencegahan, seperti pengasapan rutin di kampung atlet," kata Toto.
ANTARA