INFO PON - Bukan rahasia lagi, jika perhelatan-perhelatan olahraga di Indonesia, terutama event-event besarnya, menggunakan jasa pawang hujan untuk mengendalikan cuaca.
Demikian pula dengan penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON). Pada PON XVIII di Riau 2012 lalu, misalnya, Panitia Besar (PB) PON mengerahkan pawang hujan kenamaan pada hari terakhir penyelenggaraan PON agar cuaca tetap cerah.
Sementara pada PON XVII/2008 di Kalimantan Timur, hujan justru turun karena diduga ada konflik internal yang terjadi antarpawang hujan profesional. Konon saat itu, seorang pawang hujan memindahkan awan hujan ke arah laut karena akan digelar pesta adat oleh komunitas masyarakat Kutai. Pawang hujan lainnya ogah menerima “kiriman” awan hujan itu karena akan diadakan pembukaan pesta laut, sehingga mengirim balik awan-awan itu ke lokasi semula.
Untungnya konflik itu segera mereda. Kedua pawang dikabarkan sepakat menyelesaikan perseteruan dan mengirim awan hujan ke lokasi yang tidak dipakai pesta adat, maupun pesta laut. Namun lokasi yang dipilih ternyata merupakan venue pertandingan cabang olahraga terbang layang. Akibatnya, hujan yang turun di situ membuat venue terbang layang becek dan berlumpur.
Pada perhelatan PON di Jawa Barat tahun ini, belum diketahui apakah PB PON juga akan menggunakan jasa pawang hujan.
Baca Juga:
Pada saat seremoni hitung mundur 222 hari menjelang pelaksanaan PON XIX/2016 di Kota Bekasi di hari Minggu terakhir Februari lalu, hujan turun lumayan lebat. Momen yang mengambil tempat di area Hari Bebas Kendaraan itu pun praktis hanya dihadiri ratusan orang dari kalangan Aparatur Sipil Negara Pemkot Bekasi, serta Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar, Ketua KONI Jawa Barat, Ahmad Saefudin, dan sejumlah atlet legenda nasional, seperti mantan kapten Persib Bandung Robby Darwis dan atlet angkat berat asal Kota Bekasi, Sodikin. Area yang biasanya dipadati ribuan warga Bekasi itu tampak lengang karena hujan turun sejak subuh.
Menurut Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi, biasanya mereka punya pawang hujan khusus untuk acara-acara seremoni Pemkot Bekasi.
“Namanya Sapiri, tapi orangnya sudah meninggal dunia,” ujar Rahmat.
Jika pemakaian jasa pawang hujan adalah cara tradisional, maka Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) adalah metode modern untuk “mengamankan” jalannya pesta-pesta pertandingan olahraga besar. Teknologi ini sebetulnya sudah mulai dipakai pada penyelenggaraan PON Riau. Tak cuma itu, penyelenggaraan South East Asian Games (SEA Games) dan Islamic Solidarity Games (ISG) baru-baru ini pun memanfaatkan TMC.
TMC dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), namun teknologi ini sudah banyak dipakai di negara-negara Eropa. TMC sangat berguna untuk mengurangi curah hujan dan intensitas hujan atau bahkan untuk menambah curah hujan.
Penerapannya di Indonesia untuk mengurangi dampak bencana yang diakibatkan oleh cuaca, seperti banjir dan tanah longsor, serta membantu memadamkan kebakaran hutan dan menyokong sistem irigasi petani.
TMC adalah upaya campur tangan manusia dalam pengelolaan sumber daya air di atmosfer untuk menambah dan atau mengurangi intensitas curah hujan pada suatu daerah untuk meminimalkan bencana dengan memanfaatkan parameter cuaca. Upaya ini dilakukan dengan menyemaikan butiran garam (NaCl) ke dalam awan melalui dua mekanisme. Keduanya memiliki tujuan berbeda, yakni mempercepat turunnya hujan atau justru mengurangi intensitas turunnya hujan. (*)