TEMPO.CO, Jakarta - Rela merogoh uang sendiri untuk bisa menjadi relawan Olimpiade di Brasil. Itulah yang dilakukan Caesaria Pramita Sutoyo, wanita asal Indonesia yang bekerja di kepanitiaan pesta olahraga sejagat itu.
"Saya memang sudah lama ingin ke Brasil. Kelihatannya asyik juga, apalagi ada Olimpiade," kata wanita yang akrab dipanggil Mita tersebut ketika ditemui di Rio de Janeiro, Jumat, 12 Agustus 2016.
Dengan menjadi relawan, ucap wanita asal Malang, Jawa Timur, itu, ia bisa tahu lebih banyak mengenai budaya masyarakat di negara Amerika Selatan ini.
Salah satu pesona Brasil adalah keramahtamahan masyarakatnya, yang mirip dengan budaya di Indonesia.
Sarjana akuntansi Universitas Brawijaya, Malang, lulusan 2011 itu mengaku sudah dua tahun lalu melamar menjadi relawan Olimpiade, dan baru diterima pada awal 2016.
Ia sendiri sudah tahu tidak ada uang honor untuk relawan Olimpiade.
"Tiket pulang pergi Jakarta-Rio de Janeiro dan penginapan harus dibayar dengan uang sendiri," ucap Mita, yang selama menjadi relawan harus izin cuti di luar tanggungan dari tempatnya bekerja di sebuah perusahaan pertambangan di Jakarta.
Kupon makan hanya didapat saat jadwal tugas. Tapi ada voucher untuk naik bus dalam kota.
"Tapi tidak apa-apa, karena saya senang ke Brasil. Saya juga bisa praktekkan bahasa Portugis dan Spanyol saya," ujar Mita.
Di panitia Olimpiade, Mita bertugas dalam pengaturan transportasi bagi para peserta.
ANTARA