Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mencari Penerus Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir  

image-gnews
Tontowi Ahmad (kiri) dan Liliyana Natsir menggigit medali emas yang didapat usai mengalahkan pasangan Malaysia Peng Soon Chan dan Liu Ying Goh dua set langsung dalam partai final ganda campuran bulu tangkis Olimpiade Rio 2016 di RIo de Janeiro, Brazil, Rabu (17/8). Pasangan tersebut menyumbangkan emas pertama bagi Indonesia di Olimpiade Rio 2016. ANTARA FOTO/REUTERS/Mike Blake
Tontowi Ahmad (kiri) dan Liliyana Natsir menggigit medali emas yang didapat usai mengalahkan pasangan Malaysia Peng Soon Chan dan Liu Ying Goh dua set langsung dalam partai final ganda campuran bulu tangkis Olimpiade Rio 2016 di RIo de Janeiro, Brazil, Rabu (17/8). Pasangan tersebut menyumbangkan emas pertama bagi Indonesia di Olimpiade Rio 2016. ANTARA FOTO/REUTERS/Mike Blake
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pasangan ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, akhirnya sukses meraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro pada pertandingan final yang berlangsung di Stadion Riocentro, Rabu malam, 17 Agustus 2016. Owi—panggilan Tontowi—dan Butet—sapaan Liliyana menundukkan pasangan Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, dengan skor 21-14, 21-12, sekaligus menorehkan sejarah baru bulu tangkis Indonesia di Olimpiade.

Medali emas Tontowi/Liliyana ini merupakan yang keenam bagi Indonesia sejak bulu tangkis dimainkan pertama kali pada 1992. Alan Budikusuma dan Susi Susanti masing-masing menyumbang satu medali emas tunggal putra dan putri di Olimpiade Barcelona 1992. Dari ganda putra, ada Rexy Mainaky/Ricky Subagja yang meraihnya di Atlanta 1996, Tony Gunawan/Candra Wijaya di Sydney 2000, dan Markis Kido/Hendra Setiawan di Beijing 2008.

Kini, lengkaplah koleksi juara yang diperoleh Tontowi/Liliyana. Mereka telah memenangi turnamen bergengsi All England, bahkan tiga kali berturut-turut: 2012, 2013, dan 2014, serta menjadi Juara Dunia di BWF World Championship di Guangzho, Cina, 2013. Bagi Liliyana, itu gelar juara dunia ketiga setelah pencapaian pada 2005 dan 2007 dengan pasangan sebelumnya, Nova Widianto.

Sebelum bergabung dengan tim Pemusatan Latihan Nasional dan menjadi pebulu tangkis profesional, perjalanan karier Tontowi/Liliyana berawal dari klub badminton di daerah. Liliyana mulanya bergabung dengan Perkumpulan Bulu Tangkis (PB) Pisok di Manado, kemudian pindah ke PB Tangkas di Jakarta. Sedangkan Tontowi awalnya masuk PB Argo Pantes di Tangerang, lalu pindah ke Pusdiklat PT Semen Gresik, dan akhirnya bergabung ke PB Djarum Kudus.

Liliyana, 30 tahun, dan Tontowi, 29 tahun adalah contoh kesuksesan klub menjaring calon bintang berbakat dari pelosok daerah. PB Djarum, misalnya, menggaet talenta berbakat lewat audisi badminton. Mereka memulainya satu dekade silam. Namun beasiswa bulu tangkis sudah diberikan klub yang pernah melahirkan legenda semacam Liem Swie King itu sejak 1969.

Melalui sistem audisi, PB Djarum memastikan hanya talenta-talenta terbaik yang berhak ditempa di pusat pelatihan mereka di Kudus. “Kami ingin memastikan anak-anak itu terus memelihara api harapan dan tak lelah berlatih jika tahun ini gagal,” ujar Yoppy Rosimin, Ketua PB Djarum, di Slipi, beberapa waktu lalu.

Gelaran audisi tahun ini, menurut Yoppy, merupakan yang kesepuluh dan menerapkan format baru. Ia menyebar lokasi audisi hingga ke sembilan kota. Sebelumnya, seleksi terpusat di Kudus. Nantinya, jawara cilik di tiap kelompok umur diadu di Gelanggang Olahraga Jati, Kudus.

PB Djarum adalah magnet bagi anak-anak dengan talenta bulu tangkis luar biasa. Tahun lalu saja, seleksi PB Djarum diserbu hampir 3.000 anak, sementara hanya 33 orang yang berhak mengantongi beasiswa bulu tangkis.

Beda PB Djarum, beda pula cara tim pemandu bakat PB Jaya Raya menjaring atlet bertalenta. Klub ini tak punya sistem audisi. “Kami pakai sistem klub satelit,” kata Imelda Wigoena, 64 tahun, Ketua Harian PB Jaya Raya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Klub satelit adalah klub lokal yang tersebar di lima kota, yakni Jakarta, Yogyakarta, Probolinggo, Tasikmalaya, dan Makassar. Klub yang pernah menempa Susi Susanti ini mengandalkan klub lokal untuk mencari dan mendidik calon bintang.

Klub satelit memasok informasi dan basis data keterampilan bermain si calon bintang ke klub induk secara rutin. Timbal baliknya, PB Jaya Raya memberikan dukungan dana sekaligus kesempatan berlatih alias magang di Gelanggang Olahraga Rudi Hartono, Ragunan, Jakarta Selatan.

Selain klub-klub badminton yang telah berkiprah puluhan tahun, motor pencari atlet junior lainnya adalah para mantan atlet tepok bulu. Candra, contohnya, mendirikan Candra Wijaya International Badminton Centre di Semanan, Jakarta Barat. “Bulu tangkis sudah memberi saya banyak hal dan sekarang waktunya membagikan ilmu itu,” ujarnya.

Di gelanggang dengan fasilitas sepuluh lapangan karet itu, Candra menempa puluhan anak di pelbagai kelompok umur. Ada pemain berbakat yang datang sendiri ke klub karena nama besar Candra. Tak sedikit yang direkrut lewat sistem pencarian bakat.

Adapun pasangan emas Olimpiade, Alan dan Susi, menyelenggarakan turnamen badminton tahunan bagi semua kelompok umur, mulai pemula hingga taruna. Menurut Susi, kompetisi adalah ikhtiar memberikan wadah seluas-luasnya bagi atlet junior yang hendak mengukur kemampuan sekaligus menarik pemandu bakat. “Pemandu bakat pasti berseliweran di kompetisi kami,” ujarnya.

Alan mengatakan mereka menyelenggarakan kejuaraan atas kerja sama dengan Astec, apparel bulu tangkis milik Alan-Susi, dengan perusahaan otomotif. Kompetisi tahun ini akan diadakan di tujuh kota. “Pembinaan usia muda yang baik adalah menyediakan ruang kompetisi yang kontinyu,” tutur Alan.

Alan mengingatkan semarak kejuaraan yang merata, dari Aceh sampai Papua, bakal membuka peluang lebih besar mendapatkan jagoan baru. “Banyak daerah yang sesungguhnya punya potensi atlet berlimpah, tapi kekurangan kompetisi,” ucap Susi. Lewat kompetisi, pemain junior bisa mengukur kemampuannya dengan pemain seumuran.

RAYMUNDUS RIKANG | ANTARA | DH

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Profil PT Djarum Milik Hartono Bersaudara yang Disebut Boy Thohir Dukung Prabowo - Gibran

24 Januari 2024

Logo PT Djarum. djarum.com
Profil PT Djarum Milik Hartono Bersaudara yang Disebut Boy Thohir Dukung Prabowo - Gibran

Nama PT Djarum ramai diperbincangkan usai Boy Thohir mengklaim bahwa produsen rokok itu mendukung Prabowo - Gibran. Seperti apa profilnya?


Usai IPO, Blibli Yakin Djarum Tak Akan Keluar dari Jajaran Investor

19 Oktober 2022

Jajaran direksi Blibli menggelar Paparan Publik Penawaran Umum Sahan Perdana di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Selasa, 18 Oktober 2022. TEMPO/Arrijal Rachman
Usai IPO, Blibli Yakin Djarum Tak Akan Keluar dari Jajaran Investor

Blibli akan melaksanakan IPO pada 7 November 2022.


PT Djarum Siap Beli 4.000 Ton Tembakau dari Temanggung

15 Agustus 2021

Seorang petani tembakau di Kledung, Temanggung, Jawa Tengah menyemprotkan pupuk daun, Rabu (13/6). TEMPO/Budi Purwanto
PT Djarum Siap Beli 4.000 Ton Tembakau dari Temanggung

Bupati Temanggung M. Al Khadziq menyatakan PT Djarum siap membeli 4.000 ton tembakau petani Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, pada panen tahun 2021.


Perjalanan Hidup Eko Yuli Irawan Rebut 4 Medali Olimpiade Diangkat Jadi Film.

13 Agustus 2021

Film Eko Yuli Irawan The Movie. Tempo/Irsyan
Perjalanan Hidup Eko Yuli Irawan Rebut 4 Medali Olimpiade Diangkat Jadi Film.

Eko Yuli Irawan satu-satunya atlet Indonesia peraih medali di tiga ajang Olimpiade berbeda. Eko sempat tak disetujui orang tuanya menjadi atlet.


Cerita Liliyana Natsir Diundang ke Rumah Raffi Ahmad dan Nagita Slavina

8 Agustus 2021

Liliyana Natsir dan Raffi Ahmad. Foto: Instagram Liliyana Natsir.
Cerita Liliyana Natsir Diundang ke Rumah Raffi Ahmad dan Nagita Slavina

Untuk menyambut Liliyana Natsir, Raffi Ahmad sampai membuat lapangan bulu tangkis dadakan di dalam rumahnya.


Ini Perolehan Medali Indonesia Selama Mengikuti Olimpiade

24 Juli 2021

Lifter Indonesia Windy Cantika Aisah saat tampil di Olimpiade Tokyo, 24 Juli 2021. REUTERS/Edgard Garrido
Ini Perolehan Medali Indonesia Selama Mengikuti Olimpiade

Indonesia secara keseluruhan telah meraih 32 medali selama mengikuti olimpiade.


Begini Perbandingan Kostum Defile Kontingen Indonesia di Olimpiade Rio dan Tokyo

23 Juli 2021

Desain kostum defile Kontingen Indonesia di Olimpiade Tokyo 2021. (Foto: Tangkapan layar/Tempo/Irsyan)
Begini Perbandingan Kostum Defile Kontingen Indonesia di Olimpiade Rio dan Tokyo

Kontingen Indonesia menyertakan 10 wakil dalam defile pembukaan Olimpiade Tokyo 2020, Jumat, 23 Juli 202.


PT Djarum Bagikan THR Lebih Awal ke 51.451 Karyawan Pabriknya

1 Mei 2021

Pekerja menunjukkan uang Tunjangan Hari Raya (THR) yang diterimanya di pabrik rokok PT Djarum, Kudus, Jawa Tengah, Kamis, 29 April 2021. Sebanyak 51.451 pekerja harian dan borongan di perusahaan itu menerima uang THR guna membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan keluarga selama bulan Ramadan dan Idul Fitri. ANTARA/Yusuf Nugroho
PT Djarum Bagikan THR Lebih Awal ke 51.451 Karyawan Pabriknya

Pabrik rokok PT Djarum di Kudus, Jawa Tengah, telah membayar tunjangan hari raya (THR) tahun ini lebih awal dari jadwal ke 51.451 karyawannya.


Nama Pele Bakal Jadi Nama Baru Stadion Maracana, Ada Pro dan Kontra

10 Maret 2021

Semburan kembang api mewarnai Upacara Pembukaan Pekan Olahraga Olimpiade 2016 di stadion Maracana, di Rio de Janeiro, Brasil, 5 Agustus 2016. Brasil menjadi kota pertama di Amerika Selatan yang menjadi tuan rumah Olimpiade. REUTERS
Nama Pele Bakal Jadi Nama Baru Stadion Maracana, Ada Pro dan Kontra

Nama Edson Arantes do Nascimento alias Pele akan menjadi nama baru untuk Stadion Maracana di Rio de Janeiro, Brasil.


Kimia Alizadeh Membelot dari Iran ke Negara di Eropa

13 Januari 2020

Atlet taekondo perempuan Iran peraih medali perunggu di Olimpiade 2016, Kimia Alizadeh membelot ke Eropa. [REUTERS]
Kimia Alizadeh Membelot dari Iran ke Negara di Eropa

Satu-satunya atlet putri Iran peraih medali Olimpiade, Kimia Alizadeh menyatakan membelot dan pindah secara permanen ke sebuah negara di Eropa.