TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pelari maraton Olimpiade yang berasal dari Ethiopia, Fiyesa Lilesa, melakukan aksi protes melawan pemerintah negaranya. Lilesa menyilangkan lengannya ke atas setibanya dia di garis finis.
Tindakannya itu merupakan pertanda untuk menolak ulah aparat keamanan Ethiopia yang bertindak kejam terhadap orang-orang di Provinsi Oromia. Feyisa Lilesa yang berasal dari Oromia mengatakan hidupnya akan berada dalam ancaman jika kembali ke Ethiopia meskipun membawa pulang medali perak.
Oromia merupakan provinsi yang penduduknya mayoritas berasal dari suku Oromo. Terdapat 35 juta suku Oromo di Ethiopia yang saat ini hidupnya terancam.
Kelompok hak asasi manusia mengatakan pasukan keamanan Ethiopia telah menewaskan ratusan orang dalam beberapa pekan terakhir. Pembunuhan itu dilakukan terhadap demonstran anti-pemerintah.
"Pemerintah Ethiopia membunuh orang Oromo serta mengambil tanah dan sumber daya mereka," kata Lilesa seperti dilansir dari BBC, Ahad, 21 Agustus 2016.
"Orang-orang Oromo memprotes, dan saya mendukung protes itu karena saya adalah orang Oromo," ucapnya.
Lilesa mengatakan, selepas Olimpiade, dia berencana untuk pindah ke negara lain. Sebab, jika kembali ke Ethiopia, kemungkinan besar dia akan dibunuh atau dijebloskan ke penjara. "Saya memiliki masalah besar di negara saya," ujarnya.
Gelombang protes terjadi di Ethiopia dalam beberapa bulan terakhir. Salah satu penyebab protes adalah upaya pemerintah untuk mengalokasikan lahan di daerah Oromo dan Amhara.
Para pengunjuk rasa di wilayah Amhara—dari komunitas Welkait—turun ke jalan-jalan Kota Gondar pada Juli lalu untuk menolak rencana realokasi. Warga Oromo pun bergabung dengan para demonstran itu.
Human Rights Watch di New York mengatakan ada lebih dari 400 orang tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan di Oromia. Namun pemerintah membantah angka ini.
BBC|MAYA AYU