INFO PON - Boling mungkin bukan cabang olahraga andalan Jawa Barat untuk mendulang emas pada penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX/2016. Dari 11 nomor yang dipertandingkan nanti, Jabar hanya menargetkan meraih dua medali emas dari olahraga bola gelinding ini. Tapi bukan berarti persiapan atlet-atlet boling menjadi tidak serius. Dua atlet andalan boling Jabar Mei lalu pun ikut try out dalam Kejuaraan Internasional Terbuka, bergabung bersama timnas Indonesia.
Salah seorang dari kedua atlet tersebut adalah Alisha Nabila Larasati. Atlet muda ini adalah andalan Jabar untuk meraih emas. Gadis berkacamata kelahiran Bandung 20 tahun lalu ini sudah mengantongi sederet medali dan penghargaan, sejak mulai berlatih boling saat duduk di bangku kelas IV Sekolah Dasar.
Perkenalan Alisha dengan si bola gelinding bisa dibilang gara-gara teman arisan ibundanya. Kala itu, teman ibu Alisha mengajak anak-anak mereka untuk bermain boling bersama dan hanya berpikir kegiatan itu akan seru. Tak dinyana, setelah itu Alisha jadi punya ketertarikan lebih terhadap boling dan ingin serius berlatih. Jadilah orang tuanya mengambil pelatih untuk putri mereka.
Didikan pelatih yang keras mulai menempa Alisha. Didikan itu berbuah manis ketika Alisha menjuarai Kejuaraan Nasional DKI Jaya Cup ke-34. Saat itu, Alisha meraih juara ketiga untuk kategori master junior SD. Level internasional pertamanya dijajaki dengan mengikuti ajang 2nd Ancol International Open Ten Pin Bowling Championship pada 2009.
Pada 2013, Alisha turut berpartisipasi dalam ajang SEA Games 2013 di Myanmar. Dia juga tampil di Pan American Prep Event di Orlando, Florida, dan meraih medali perak untuk kategori Girl’s Double.
Baca Juga:
Namun dari sekian banyak kejuaraan yang Alisha ikuti, yang paling berkesan adalah Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan. “Itu adalah ajang Asian Games pertama yang saya ikuti dan sukses mendapatkan perunggu. Itu salah satu event yang sangat berkesan,” kata Alisha.
Dia amat memuji kehebatan atlet-atlet Korea Selatan yang dianggapnya sangat berkualitas dan berada di atas rata-rata. Korea Selatan juga sangat cepat melakukan regenerasi atlet, sesuatu yang belum dapat dilakukan Indonesia.
Alisha mengaku sering mendapat tekanan, jika harus bermain bagus, sementara lawannya dari Korea Selatan atau negara langganan juara lainnya. Apalagi, menurutnya Indonesia sering dilihat sebelah mata oleh kontingen negara lainnya. Namun hal ini diubah Alisha menjadi pecutan yang unik.
“Kami selalu dianggap underdog, tapi ketika kami pulang, pasti selalu bawa medali. Kami tetap optimistis,” ujarnya. (*)