INFO PON - Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX Jawa Barat akan menjadi momen istimewa bagi Dian Kartika Ratnasari, atlet lempar lembing Jawa Barat. Untuk pertama kalinya, sejak mengikuti PON selama lebih dari 10 tahun, Dian menjadi wakil Jawa Barat. Sebelumnya, pelempar lembing kelahiran Purbalingga, 29 tahun lalu, ini adalah atlet andalan Jawa Tengah. Tak heran jika kepindahannya ke Jawa Barat beberapa tahun lalu terasa amat berat, baik bagi KONI dan PASI Jawa Tengah, maupun bagi Dian. Semua terasa bak drama, penuh ketegangan dan rasa haru.
Hengkangnya Dian dari Jawa Tengah lebih disebabkan oleh persoalan ekonomi. Sejak lulus dari Universitas Negeri Salatiga (UNNES), Dian kesulitan mendapatkan pekerjaan dengan gaji dan karier yang jelas. Padahal saat itu dia tengah menyelesaikan cicilan kredit rumah di Salatiga.
Saat ada formasi PNS dari Kementerian Pemuda dan Olahraga pun, Dian bolak-balik tersisihkan karena hanya mampu meraih perunggu pada PON 2004 dan perak pada PON 2008. Harus menjadi juara satu, jika ingin menjadi PNS, jawab KONI dan PASI setempat kala itu ketika Dian mencoba mengkomunikasikannya. Padahal prestasi Dian juga pernah cukup moncer. Dia sempat menyumbangkan emas untuk Jawa Tengah dalam ajang POMNAS atau Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional pada 2005, 2007, dan 2009.
Dian yang nyaris putus asa suatu ketika mendapat tawaran dari KONI Jawa Barat untuk dilatih, disekolahkan, dan diberikan pekerjaan di Bandung. Gayung segera bersambut. Per Desember 2012, Dian mulai berlatih di GOR Padjadjaran. Dia pun mengambil kuliah S-2 di Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung. Selain itu, dia bekerja sebagai asisten dosen di kampus itu.
Sebelum pindah, Dian telah mengundurkan diri secara resmi dan mendapat surat pindah dari KONI Salatiga. Namun, baru pada April 2014, Badan Arbitrase Olahraga Indonesia (BAORI) resmi memutuskan Dian pindah dari Jawa Tengah ke Jawa Barat.
Baca Juga:
Memperkuat kontingen Jawa Barat dalam PON kali ini membuat Dian ingin meningkatkan prestasi yang pernah dia toreh dalam PON sebelumnya. Saat PON 2012 di Riau, Dian hanya mampu meraih medali perak.
“Empat tahun lalu di Riau saya dapat perak. Sekarang saya harus dapat emas, apalagi bertanding di kandang sendiri,” katanya.
Tak lama setelah resmi pindah ke Bandung, Dian telah melakukan persiapan menghadapi PON XIX. Semua dilakukannya sambil kuliah dan mengajar, tak sedikit pun terbebani oleh target medali emas yang diminta KONI Jawa Bara. Dia menjalaninya dengan rileks saja.
“Yang pasti saya siap berjuang meraih emas. Saingan terberat adalah atlet Papua, peraih medali emas di PON Riau,” ujarnya. (*)