INFO PEPARNAS - Rasa bangga memenuhi hati Muhammad Ilham Nasution saat dia dipercaya menjadi anggota pengiring kontingen pada pesta pembukaan Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV/2016 Jawa Barat. Kebanggaan itu bertambah karena perhelatan ini bukanlah perhelatan biasa karena mengikutsertakan atlet-atlet hebat, meski memiliki keterbatasan fisik.
“Kebanggaan buat saya bisa bersama orang-orang hebat, khususnya saat mengiringi atlet Peparnas. Mereka berjuang dengan keterbatasan yang mereka miliki,” kata Ilham, yang sebelumnya juga menjadi pembawa papan cabang olahraga pada saat defile peserta Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX/2016 Jawa Barat.
Baca Juga:
Dalam keterbatasan, para atlet Peparnas mampu melihat ke depan, dengan tegak, tak ada rasa minder, apalagi lemah. Ilham, anggota Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) Jawa Barat asal Kabupaten Sukabumi, menyaksikan sendiri tatapan penuh optimisme dan turut merasakan semangat para orang hebat yang berlaga di Peparnas.
Pengiring kontingen lainnya, Widikdo Widoyono, anggota Paskibra Jawa Barat dari Indramayu, juga belajar tentang arti kekuatan, mentalitas, dan semangat juang dari atlet-atlet Peparnas.
“Saya menaruh hormat untuk atlet-atlet Peparnas. Daya juang, semangat, motivasi, kepercayaan, dan mental mereka punya. Dengan keikhlasan menerima keterbatasan, mereka mampu berprestasi dan memberikan kebanggaan bagi daerahnya masing-masing,” ujar Widikdo.
Baca Juga:
Sebetulnya, kata dia, nilai-nilai seperti itu dia pelajari juga dalam latihan-latihannya sebagai anggota Paskibra. Namun rasanya berbeda ketika melihat langsung perjuangan paralimpian dalam meraih impian mereka.
Sementara itu, Bagas Dhira W., anggota Paskibra Jawa Barat dari Kabupaten Bekasi, merasa belum pernah memberikan kebanggaan bagi daerahnya yang setara dengan atlet-atlet Peparnas. Bagas, yang ditunjuk menjadi pemimpin pasukan penurunan bendera dalam upacara penutupan Peparnas XV/2016, merasa banyak pelajaran yang dapat dia petik dari mereka.
“Beberapa hari bersama orang-orang luar biasa, saya senang. Mereka punya mental dan motivasi, serta tekad kuat, dengan keterbatasannya. Saya merasa terhormat bisa mengiringi acara penutupan ini,” kata Bagas.
Acara penutupan yang lebih sederhana dibandingkan saat PON sebelumnya, menurut Bagas, tak membuatnya melakukan tugas dengan setengah hati. Bagi Bagas, kesederhanaan acara penutupan tetap memberikan kesan luar biasa bersama semangat para atlet.
“Kami melihat siapa dan bagaimana mereka berjuang. Sederhana tidaknya itu bukan persoalan. Kami tetap ingin memberikan yang terbaik buat para pahlawan olahraga ini,” ujar Bagas. (*)