TEMPO.CO, Zhuhai - Petra Kvitova memenangi kejuaraan kelas dua yang dikhususkan untuk menutup seri turnamen Asosiasi Tenis Wanita (WTA) tahun ini, yaitu WTA Elite Trophy di Zhuhai, Cina, Ahad lalu. Dalam pertandingan babak final, petenis kidal asal Republik Cek ini mengalahkan Elina Svitolina dari Ukraina dengan skor 6-4, 6-2. Adapun pada pekan lalu, Dominika Cibulkova dari Slovakia menjuarai turnamen dengan level di atasnya, yaitu WTA Finals di Singapura.
WTA Finals diikuti oleh delapan petenis peringkat tertinggi selama satu musim kompetisi. Adapun WTA Elite diikuti oleh 12 pemain dengan peringkat di bawahnya. Dalam turnamen khusus yang berlangsung di Zhuhai ini, Kvitova meraih momen kebangkitannya. “Saya ingin mencapai peringkat pertama dunia,” kata petenis peringkat ke-11 dunia ini, setelah tampil dalam pertandingan final.
Kvitova mengaku terinspirasi oleh perjuangan Andy Murray dari Inggris dan Angelique Kerber asal Jerman dalam merebut posisi puncak peringkat dunia Asosiasi Tenis Putra (ATP) dan WTA tahun ini. “Padahal, pada awal tahun ini, hal tersebut masih menjadi mimpi bagi Kerber dan Murray,” tutur Kvitova.
Sabtu lalu, Murray akhirnya bisa menggeser petenis Serbia, Novak Djokovic, dari puncak peringkat ATP lebih cepat daripada yang diperkirakan. Hal ini terjadi setelah Murray menembus final Paris Masters dan Djokovic kalah pada babak perempat final di turnamen yang sama.
Adapun Kerber menggantikan posisi petenis kawakan Amerika Serikat, Serena Williams, di puncak peringkat WTA setelah menembus final Grand Slam Amerika Serikat Terbuka di New York, September lalu. Kerber kemudian memenangi seri Grand Slam terakhir pada tahun ini tersebut. Namun petenis Jerman ini kemudian kalah oleh Cibulkova dalam partai final WTA Finals, pekan lalu.
Kvitova baru menjadi juara lagi pada Oktober lalu dengan memenangi turnamen di Wuhan, Cina, sebelum kalah pada babak final di Luksemburg. Setelah menjuarai WTA Elite, ia menegaskan bakal mencapai peringkat pertama dunia sebagai salah satu tujuan terbesarnya. “Saya masih memiliki motivasi untuk bermain lebih baik, untuk memperbaiki diri di lapangan, di luar lapangan, dan untuk memenangi beberapa turnamen, antara lain Grand Slam,” kata juara Wimbledon 2011 dan 2014 ini.
Kvitova mengklaim telah menemukan kembali permainan terbaiknya selama beberapa bulan terakhir. Ia tidak merasa khawatir lagi saat bertarung, bahkan malah merindukannya. “Ini sesuatu yang saya tidak berpikir benar-benar bisa dilakukan pada awal musim."
Kvitova membutuhkan waktu 1 jam 10 menit untuk menghentikan perlawanan Svitolina. Kemenangan di Zhuai ini menyempurnakan kesuksesannya di Asia dengan mencapai babak final enam kali dan memenangi tiga di antaranya.
Kvitova selanjutnya akan pulang ke Praha. Ia akan bergabung dengan tim Piala Federasi Republik Cek yang akan tampil dalam pertandingan final kejuaraan tenis dunia beregu putri di Strasbourg, Prancis, melawan tim rumah. Cek menjuarai Piala Federasi selama dua tahun terakhir dan mengincar gelar kelimanya dalam enam tahun. Adapun Prancis mencapai final untuk pertama kalinya sejak 2005.
Kvitova akan membela Cek bersama finalis Amerika Serikat Terbuka 2016, Karolina Pliskova, dan Lucie Hradecka. “Saya pikir kami memiliki tim yang hebat. Kami akan melakukan semua yang kami bisa.”
TENNIS.COM| FEDCUP.COM| EUROSPORT.CO.UK| ANTO