TEMPO.CO, Denpasar - Optimisme untuk merebut medali emas dalam setiap ajang kejuaraan silat selalu membara dalam ambisi Hanifan Yudani Kusumah. Pesilat dari Perguruan Tadjimalela itu berhasil meraih medali emas dalam Kejuaraan Pencak Silat for The World: The 17th World Championship and Festival di Denpasar, Bali yang berlangsung pada 3-8 Desember 2016.
Menurut pesilat berusia 19 tahun itu, lawan-lawan tangguh dalam Kejuaraan Dunia Pencak Silat ke-17 adalah pesilat dari Vietnam. Pesilat-pesilat Vietnam terlihat banyak mengikuti berbagai pertandingan dan kejuaraan sehingga kaya pengalaman. “Saya menang tipis 3-2 di semifinal saat mengehadpi pesilat Vietnam," kata Hanifan, saat ditemui di Hotel Inna Grand Bali Beach Sanur, Denpasar, Jum'at lalu.
Pesilat yang rambutnya dicat pirang itu menerapkan salah satu strategi untuk menang dengan lebih dulu mengatasi keraguan saat berhadapan dengan lawan. Selain itu, dia akan lebih sering menyerang sebelum lawan melakukannya. “Jadi saya bermain agresif," tutur penggemar film action itu.
Lahir dan besar di keluarga pendekar silat, membuat pesilat berusia 19 tahun itu ingin mengikuti jejak kedua orang tuanya. Hanifan mulai menekuni seni bela diri asli Indonesia itu sejak usia enam tahun. Prestasi demi prestasi telah diraihnya berkat dukungan dari orang tua. Orang tua Hanifan selalu hadir saat pertandingan untuk memberikan dukungan. “Mereka mengorbankan pekerjaan demi mendukung saya."
Pada 2010, adalah kali pertama ia “turun gunung” dari padepokan untuk menjajal arena pertandingan kejuaraan. Saat itu ia mengikuti pertandingan antarcabang Tadjimalela se-Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. "Saya dapat perak awal mula pertandingan itu."
Saat menapaki kelas junior, Hanifan pertama kali merebut medali emas dalam ajang Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) 2014. Dari sana ambisinya tumbuh untuk terus mempertahankan medali emas di setiap kejuaraan. Pada 2015 dalam ajang Penang Open, adalah kali pertama Hanifan berhasil mendapatkan medali emas di taraf Internasional Open.
"Sampai sekarang kira-kira ada 20 medali emas yang berhasil saya dapatkan dari kejuaraan tingkat provinsi, nasional, internasional open, dan internasional resmi," tuturnya.
Selama mengikuti pertandingan di tingkat junior ia pernah mengalami tiga kali kalah. Sedangkan di tingkat senior baru kalah satu kali. "Kalau kalah sangat malu dengan orang tua, pelatih, dan perguruan," kata mahasiswa semester satu Jurusan Ekonomi Pembangunan, Universitas Pasundan, Bandung itu.
Tak hanya silat, ia juga mempunyai hobi olahraga lainnya, yaitu sepak bola. Menurutnya, dia menjajal olahraga lain untuk membangun dasar-dasar olahraga. “Selebihnya saya kembali ke silat dan ingin menjadi pesilat tangguh di mata dunia." ujarnya.
Dalam kejuaraan dunia pencak silat di Bali pekan lalu, Indonesia berhasil meraih 12 medali emas. Ada 30 pesilat tuan rumah yang tampil, dari usia 17 sampai 33 tahun. Mereka terdiri dari berbagai perguruan silat, seperti Tapak Suci, Setia Hati Terate, Tadjimalela, Satria Muda Indonesia, Silat Bakti Negara, Sawunggaling, Pamur, Satria Mandiri, dan Perisai Diri.
BRAM SETIAWAN