TEMPO.CO, Jakarta - Aturan salary cap atau pembatasan jumlah gaji menjadi hambatan bagi pemain asal Amerika Serikat, Dior Lowhorn, untuk tampil di putaran kedua IBL 2017 (Liga Bola Basket Indonesia).
Direktur IBL Hasan Gozali menyatakan pihaknya akhirnya memutuskan pemain ini tak boleh tampil bersama klub mamapun. Kebijakan itu diambil karena ada dugaan salah satu klub ingin merekrut Lowhorn dengan gaji di atas salary cap.
"Daripada menimbulkan kontroversi, jadi kami memutuskan demikian," ujar Hasan.
Dia mengatakan informasi tentang dugaan pelanggaran salary cap itu didapatkan IBL dari beberapa klub lain yang juga mencoba mengontrak pemain bertinggi badan dua meter tersebut.
Dior Lowhorn sebelumnya memang masuk dalam sekitar 100 nama draft pemain asing IBL 2017. Namun, dari 11 tim yang berlaga di liga, tidak ada ada yang memilihnya ketika klub lakukan prosesi seleksi ("draft") di awal Desember 2016.
Ketika IBL sudah bergulir dan melewati Seri IV dari delapan seri yang dijadwalkan, beberapa klub mulai melakukan pergantian pemain asing dan di sinilah nama Dior Lowhorn kembali mencuat ke permukaan.
Permainannya yang mencolok saat membawa Satria Muda Pertamina juara di Piala Perbasi 2016 dan Pacific Caesar Surabaya menjadi yang terbaik di Jawa Pos Honda Pro Tournament 2016 membuat Lowhorn banyak dilirik klub untuk menggantikan pemain asingnya.
"Mungkin Lowhorn merasa bayarannya lebih tinggi di dua kejuaraan itu daripada yang bisa didapatkannya di IBL 2017," tutur Hasan.
Adapun di IBL 2017, batas gaji untuk seorang pemain tidak boleh lebih dari 3.000 dolar AS atau sekitar Rp 39 juta per-bulan.
Setiap tim yang berlaga di IBL 2017 diharuskan memiliki maksimal dua pemain asing hasil draft. Akan tetapi, jika sebelumnya sudah memiliki pebola basket naturalisasi, mereka hanya bisa mempekerjakan satu pemain asing.
ANTARA