TEMPO.CO, London - Salah satu atlet yang berlaga di ajang Paralimpik London 2012, Derek Derenalagi, punya pengalaman hidup yang mencengangkan. Selain pernah menghabiskan delapan hari dengan status koma, ia pernah dinyatakan meninggal, hingga sempat dimasukkan ke kantung mayat.
"Mereka mengira saya meninggal, dan memasukkan saya ke kantung mayat. 'Jenazah' saya bahkan siap untuk dipulangkan. Akan tetapi, tiba-tiba mereka merasa ada denyut nadi. Ternyata saya masih hidup," kata Derek sebagaimana dikutip dari BBC, Ahad, 2 September 2012.
Dulunya, Derek adalah tentara Inggris. Pada 2007 ia mengabdikan diri dengan bertempur di peperangan Afganistan. Ketika melakukan perjalanan ke suatu lokasi, mobil Land Rover yang ditumpanginya dihantam bom rakitan. Kaki Derek terkena dampak paling berat. Keduanya tak bisa diselamatkan sehingga harus diamputasi.
Upaya tim medis melakukan pertolongan pertama tak membuahkan hasil. Derek dinyatakan meninggal dan dimasukkan ke kantung mayat. Rencananya, ia akan dibawa pulang ke Inggris dan dimakamkan di sana. Akan tetapi, tiba-tiba seorang perawat merasakan ada denyutan lemah. Ternyata ia hidup.
Kisah tragis Derek berlanjut. Selama delapan hari, ia terus-menerus berbaring di tempat tidur rumah sakit Selly Oak, Birmingham, Inggris, dengan status koma. Ketika sadar, ia bahkan masih harus tinggal di rumah sakit selama tiga minggu untuk memulihkan diri.
Setelah pulih, ia jadi salah satu pasien Rehabilitasi Tentara, dan berangkat ke kota Surrey, Inggris, untuk ikut program 'Kembali Tempur'. Ajaibnya, bukan hanya mendapatkan kemampuan untuk hidup, ia justru jadi salah satu atlet paralimpik yang mengharumkan nama negaranya.
"Saya ingin menginspirasi siapapun yang kehilangan anggota tubuhnya, yang berpikir tak bisa melakukan apa-apa lagi," kata Derek sebagaimana dikutip dari BBC, Ahad, 2 September 2012.
Kemudian, lima tahun enam minggu dan satu hari setelah ia dinyatakan meninggal, Derek tampil di Stadion Olimpiade London, dengan misi meraih medali emas.
Sorakan dari 80 ribu penonton seketika membahana saat manusia tanpa kaki itu akan tampil. Media massa The Guardian, menuliskan sorakan tersebut sama seperti sorakan ketika atlet difabel lain, Hannah Cockroft, meraih medali emas. Begitu meriah.
Derek turun di nomor lempar cakram kelas F57/F58. Pria berusia 37 tahun itu mengaku tertarik turun di Paralimpik karena sebelumnya melihat atlet difabel berlaga di ajang Paralimpik Beijing 2008.
Sayangnya, Derek gagal menggapai targetnya meraih medali emas. Ia bahkan tak lolos ke babak final. Hasil lemparannya hanya sejauh 39,37 meter, padahal rekor pribadinya mencatatkan ia pernah melempar empat meter lebih jauh.
Meskipun begitu, ia berhasil menuntaskan misi pribadinya. Yaitu menjadikan dirinya sumber inspirasi bagi siapapun. Orang yang memiliki fisik sempurna, maupun yang memiliki kekurangan fisik.
"Saya ingin membuat orang tersenyum," kata Derek yang pernah mendapatkan penghargaan The Sun's Mille, yang mempertemukannya dengan Pangeran Harry itu.
BBC | THE GUARDIAN | MUHAMAD RIZKI