TEMPO.CO, Malang - Menjelang akhir masa jabatannya, Wali Kota Malang Peni Suparto tertarik membuka sasana tinju. Tujuannya adalah untuk mencari bibit atlet petinju di Malang. Menurut dia, banyak sasana tinju di Malang gulung tikar sehingga atlet tinju di Malang semakin sepi di pentas tinju nasional. (Baca juga: Megawati Pecat Peni Suparto)
"Perkembangan tinju tergantung pertumbuhan sasana. Saya ingin membina sebuah sasana," kata Peni kepada Tempo, Jumat, 5 April 2013. Kini ia mulai memilah dan memilih calon pelatih. Peni menjajakan komunikasi dengan Monod dan M. Nur Huda. Monod saat ini menjadi pengemudi ambulans, sedangkan Nur Nuda menjadi pelatih tinju.
"Kalau sekarang tak bisa meluangkan waktu," katanya. Setelah tak menjadi Wali Kota, ia mengaku akan memiliki waktu yang cukup untuk fokus dan konsentrasi membina atlet tinju. Peni menyatakan telah mengamati saat ini banyak anak muda yang mulai serius menjadi atlet tinju.
"Banyak bibit bagus di Malang. Prestasi Hero Tito di kancah nasional bisa memicu pertumbuhan petinju," kata dia. Hero yang berasal dari d'Kross Boxing Club Malang ini merupakan juara nasional versi Komisi Tinju Profesional Indonesia (KTPI). Sebelumnya, pada 1980-an ada Wongso Suseno, Monod, Solikin, Thomas Americo dan H.M Nurhuda yang menjadi juara tinju di level nasional dan internsional.
Ketua KTPI Malang, Ade Herawanto, mengatakan selama beberapa tahun ini Malang rutin menyelenggarakan pertandingan tinju. Selain untuk perebutan gelar dan mencari bibit petinju juga untuk menghibur warga Malang. "Dulu tak ada pertandingan rutin, tapi banyak atlet hebat dari Malang," katanya.
EKO WIDIANTO
Berita lainnya:
Penyerang Cebongan Anggota Kopassus
U, Kopassus Pemberondong Tahanan LP Cebongan
Anggota Kopassus Buang CCTV Lapas Cebongan ke Kali
11 Anggota Kopassus Akui Serbu LP Cebongan