TEMPO.CO, Jakarta - Musyawarah Nasional Jujitsu III, yang berlangsung di Jakarta, Jumat, 26 Juni 2015 malam berhasil membentuk wadah baru bagi olahraga bela diri tersebut.
Sejumlah pengurus perguruan jujitsu yang masing-masing mengajukan nama untuk organisasi pengurus pusat itu, akhirnya sepakat dengan nama Pengurus Besar Jujitsu Indonesia (PBJI).
Tak hanya itu, forum juga menunjuk I Made Tangkas sebagai ketua formatur yang diberi waktu satu bulan untuk menyusun kepengurusan, demikian siaran pers dari PBJI, Minggu, 28 Juni 2015.
Jujitsu sudah ada sejak tahun 60-an di Tanah Air. Namun, baru pada 2015 ini sejumlah pengurus perguruan bertemu dan sepakat membentuk wadah baru di tingkat pusat. Hal itu terkait dengan sudah cukup maraknya kejuaraan jujitsu, tak hanya di dalam negeri, juga di pentas Asia dan internasional.
Bahkan, cukup besar peluang jujitsu untuk tampil di Asian Games 2018. “Setelah nantinya disahkan KONI Pusat, kita berharap bisa dipertandingkan di PON 2016, termasuk di Asian Games 2018 mendatang. Ini salah satu lumbung medali bagi Indonesia yang ditunjuk sebagai tuan rumah Asian Games 2018,” kata Made.
Dalam Munas itu, muncul kandidat Ketua Umum PBJI, yakni Laksamana Madya Dr Desi Albert Mamahit, yang juga rektor Universitas Pertahanan. Jujitsu adalah cabang bela diri, yang memanfaatkan serangan lawan untuk menjatuhkan lawan itu sendiri.
YUDONO YANUAR