TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, Sabtu, 15 Agustus 2015, pemain Indonesia, Lindaweni Fanetri, akan menjalani pertandingan semifinal Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2015 di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta. Ini adalah pertama kalinya dalam 20 tahun terakhir seorang pemain tunggal putri Indonesia menembus semifinal Kejuaraan Dunia.
Kemarin, Linda—sapaan akrab Lindaweni—sukses menaklukkan unggulan keempat asal Taiwan, Tai Tzu Ying, 14-21, 22-20, 21-12, di babak perempat final. Indonesia terakhir kali meloloskan wakil tunggal putrinya ke semifinal kejuaraan dunia pada 1995. Saat itu, Susi Susantilah yang berhasil melaju ke babak empat besar.
Di dalam konferensi pers usai pertandingan melawan Tai Tzu Ying, Linda berjanji akan tampil lebih baik lagi di babak semifinal. Lawannya kali ini adalah Saina Nehwal, pemain India yang saat ini berada di peringkat dua dunia. Linda sendiri saat ini berada di peringkat 29.
Catatan pertemuan antara keduanya adalah 2-1 untuk keunggulan Nehwal. Terakhir kali mereka bertanding di kejuaraan individu adalah pada Singapura Terbuka 2013. Saat itu, Linda mengalahkan Nehwal melalui rubber game, 17-21, 21-13, 21-13. Dua pertemuan lain terjadi di kejuaraan beregu Piala Uber tahun lalu dan Indonesia Terbuka 2013.
"Ini akan menjadi pertandingan yang sulit karena Lindaweni telah menunjukkan bahwa dia adalah lawan yang kuat--dia mengalahkan Ratchanok Intanon (di perempat final) dan Tai Tzu Ying,” kata Nehwal. “Anda tidak akan pernah tahu (hasilnya) karena ini akan menjadi pertandingan yang benar-benar baru. Pertandingan kami yang terakhir terjadi dua tahun lalu.”
Nehwal sadar, di Istora nanti bukan hanya Linda yang dia hadapi, tapi juga penonton Indonesia yang selama pekan ini diakui beberapa pemain sempat membuyarkan konsentrasi mereka karena sorakan yang begitu heboh. Dia pun sudah memiliki trik untuk mengatasinya.
"Penonton yang menyenangkan. Setiap kali saya bermain melawan Indonesia, saya juga merasa sebagai pemain Indonesia,” kata pemegang tiga gelar juara Super Series Premier Indonesia Terbuka ini. “Atmosfernya sungguh berbeda. Sekalipun mereka mendukung pemain Indonesia, saya merasa mereka sedang mendukung saya.”
GADI MAKITAN