TEMPO.CO, Jakarta - Tangis Agnieszka Radwanska tidak tertahankan setelah mengalahkan Petra Kvitova 6-2, 4-6, 6-3 di Stadion Tenis Tertutup Singapura pada Minggu malam lalu. “Ini adalah hari terbesar dalam hidupku,” kata Radwanska setelah memenangi seri turnamen akhir tahun, yaitu WTA Finals.
Ini adalah seri khusus turnamen Asosiasi Tenis Wanita (WTA) yang hanya diikuti delapan pemain terbaik sepanjang tahun untuk nomor tunggal dan delapan pasangan untuk ganda.
Minggu lalu itu, Radwanska memang meraih gelar juara terbesar sepanjang kariernya. Petenis Polandia ini memang belum pernah memenangi seri turnamen Grand Slam, yaitu turnamen akbar yang menjadi idaman setiap petenis dunia untuk memenanginya.
Prestasi tertingginya di seri Grand Slam baru finalis Wimbledon pada 2012 setelah dikalahkan Serena Williams. Setelah itu, ia berada di papan tengah alias prestasinya tidak buruk tapi juga tidak menjulang.
Laju petenis berusia 26 tahun ini disalip oleh petenis yang lebih muda, seperti pemain nomor dua dunia saat ini, Simona Halep, dari Rumania dan Garbine Muguruza, yang baru saja menduduki peringkat ketiga dunia. Adapun Serena Williams dan Maria Sharapova juga masih sulit untuk dikalahkan Radwanska.
Tapi semua itu tidak meruntuhkan semangat juang Radwanska. Ia pantang menyerah pada setiap pertarungan sebelum detik terakhir. Kiasan ini bukan basa-basi. Sebab, ia nyaris kehilangan peluang melaju di WTA Finals 2015 ketika berhadapan dengan Halep pada babak penyisihan grup.
Setelah dikalahkan Flavia Pennetta dalam pertandingan sebelumnya, Radwanska ketinggalan 1-5 dari Halep dalam tiebreak set pertama. Posisi petenis Polandia ini di ujung tanduk. Tapi ia tidak patah semangat dan mampu membalikkan keadaan dan memenangi tiebreak 7-5 pada set pertama. Setelah itu, Radwanska meraih momentum untuk menyingkirkan unggulan teratas di WTA Finals 2015, Halep.
Radwanska terus mempertahankan momentumnya dengan mengalahkan Muguruza dan Kvitova masing-masing pada semifinal dan final dengan rubber-set.
Ia menjadi petenis pertama yang kalah pada babak penyisihan grup WTA Finals dan kemudian menjadi juara turnamen elite ini. Sistem pertandingan round-robin, yaitu setiap petenis masing-masing berhadapan satu kali dalam babak penyisihan grup dalam WTA Finals, ini memberikan peluang kepadanya untuk bangkit.
“Ini tentu saja sebuah turnamen berbeda dibandingkan dengan turnamen yang lain,” kata Radwanska. “Saya tidak menyangka sejauh ini. Yang pertama adalah bisa sampai di sini dan kedua, mungkin lolos ke semifinal dengan sedikit keberuntungan. Dan kemudian tampil di final dan meraih trofi. Itu akhir yang tidak saya bayangkan.”
Selanjutnya: Perjalanan panjang dan julukan La Profesora