TEMPO.CO, Jakarta - Petenis Rusia, Maria Sharapova, menyatakan akan mengajukan permohonan banding atas putusan larangan bermain selama dua tahun yang dijatuhkan hakim peradilan Federasi Tenis Internasional (ITF). Ia menganggap larangan bermain itu tidak adil.
"Saya tidak dapat menerima hukuman larangan bermain tenis selama dua tahun," kata juara Grand Slam lima kali itu melalui akun Facebook.
ITF menjatuhkan sanksi larangan bermain tenis kepada Sharapova selama dua tahun. Petenis Rusia itu semula dinyatakan positif menggunakan obat jenis meldonium pada Australia Open, awal Januari 2016. Obat ini termasuk daftar obat terlarang. Sharapova, yang kini berusia 29 tahun, semula terancam hukuman larangan bermain selama empat tahun.
Namun ITF memutuskan memberikan sanksi dua tahun. Keputusan ini didasari anggapan bahwa Sharapova sengaja mengkonsumsi meldonium dari dokternya, tidak untuk tujuan doping, melainkan untuk kesehatan jantungnya. Sharapova mengakui mengkonsumsi obat meldonium sejak 2006. Sharapova melampirkan pula putusan itu dalam akun Facebook-nya.
Sharapova, dalam tulisan di akun Facebook-nya, menyatakan permohonan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS). “Saya bersikeras untuk apa yang saya percayai benar dan itu alasan saya akan berjuang untuk kembali ke lapangan tenis sesegera mungkin.”
Badan Anti-Doping Dunia mengakui pada April lalu bahwa para ahli tak yakin berapa lama meldonium berada dalam sistem di dalam tubuh. Mereka menyarankan atlet yang diuji sebelum 1 Maret bisa terhindar dari sanksi selama mereka tak menggunakan lagi sejak 1 Januari 2016. Sharapova diketahui menggunakan meldonium pada akhir Januari 2016.
Sharapova berdalih tetap menggunakan meldonium lantaran tak menyangka obat itu masuk daftar obat yang terlarang. Sedangkan obat yang dilarang dalam daftar adalah mildronate, yang merupakan nama lain dari meldonium.
BBC | PRU