TEMPO.CO, Jakarta - Ibtihaj Muhammad akan meninggalkan Rio de Janeiro, Brasil, lebih dari sekadar peraih medali Olimpiade--dia akan meninggalkan catatan sebagai pencipta sejarah. Dialah pemain anggar Amerika Serikat pertama yang berkompetisi di Olimpiade seraya mengenakan jilbab.
">Muhammad akan mencatatkan diri sebagai wanita pertama Amerika yang memperoleh medali di Olimpiade saat mengenakan jilbab ketika timnya membawa pulang perunggu. "Ini menjadi pengalaman yang indah," kata Muhammad kepada reporter CNN, Chris Cuomo, Selasa, 15 Agustus 2016 waktu setempat dalam program New Day.
Baca: Ibtihaj Muhammad, Atlet Berhijab Pertama di Tim Olimpiade AS
"Inilah Amerika yang saya kenal dan saya suka. Amerika yang inklusif, yang menerima dan melindungi orang-orang dari semua lapisan masyarakat," ujar perempuan 30 tahun itu. Ia mengaku tidak berangkat ke Rio hanya untuk memenangkan medali, namun dia mengatakan pergi ke Rio untuk semua pemuda Amerika.
"Apa yang saya sukai tentang pengalaman di sini sebagai anggota minoritas dalam Tim Amerika Serikat adalah bahwa saya mampu mendorong para pemuda lainnya untuk mengejar impian mereka, dan tidak membiarkan orang lain mendikte perjalanan hidup mereka," kata Muhammad.
"Simone Biles ... Bahkan Simone (Manuel) di kolam renang, kami memberikan citra yang berbeda dari apa yang lazim dipakai orang lain saat menilai kami. Kami menantang norma. Kami menunjukkan ada pemudi minoritas di luar sana, kami menunjukkan kepada warga Amerika bahwa ini satu hal yang indah tentang negara kita."
Simak: Foto-foto Ibtihaj, Atlet Olimpiade Berhijab Pertama Asal Amerika
Biles adalah pesenam perempuan berusia 19 tahun dan berkulit hitam, yang memimpin Tim Amerika Serikat meraih medali emas di cabang senam dalam Olimpiade Rio 2016. Adapun Simone Manuel, 20 tahun, juga berkulit hitam, adalah peraih dua emas dan dua medali perak di cabang renang.
Dalam sebuah wawancara yang diunggah di halaman Facebook milik CNN, Muhammad mengatakan dia mencuplik amsal pengalaman duo petenis Venus dan Serena Williams semasa keduanya masi kanak-kanak.
"Orang-orang menentang mereka karena gaya rambut yang berbeda. Demi hal-hal sepele kita cenderung menghambat perempuan," kata Muhammad. "Saya suka bahwa mereka akhirnya tidak pernah mengubah jati dirinya. Mereka memaksa kita sebagai penonton, kita sebagai masyarakat, untuk menerima mereka apa adanya."
Karena alasan itulah, menurut Muhammad, dia mencintai olahraga: Di ujung pertandingan, orang tidak peduli tentang ras, jenis kelamin, atau agama, tapi seberapa besar bakat yang Anda punyai.
Lantas, apa yang Anda lakukan selanjutnya Muhammad? Dia tidak yakin apakah dia kembali lagi ke Olimpiade selanjutnya. Saat ini, wanita kelahiran Maplewood, New Jersey, itu mengaku berfokus pada hal di depan mata saja. "Saya ingin tidur siang," katanya, tertawa. "Sekarang saya hanya benar-benar ingin istirahat dan memulihkan diri."
CNN.COM | BC
Baca Juga
Rio 2016: Emas di Depan Mata, Ini Kata Tontowi/Liliyana
Hasil Final Tontowi/Liliyana Bisa Jadi Kado Kemerdekaan RI