TEMPO.CO, Jakarta - Pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir berhasil meraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Menurut pelatih mereka, Richard Mainaky, keduanya memang tampil bagus sejak babak penyisihan.
Tontowi/Liliyana mengalahkan pasangan Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying dalam babak final Olimpiade yang berlangsung Rabu malam WIB, 17 Agustus 2016.
“Penampilan Tontowi/Liliyana memang bagus, mereka bermain konsisten dari angka pertama. Jujur, mereka memang sangat siap. Kita lihat saja, dari babak semifinal, kemenangan atas unggulan pertama (Zhang Nan/Zhao Yunlei dari Cina) menggambarkan mereka adalah calon kuat untuk juara, dengan catatan mereka tidak lengah,” kata Richard kepada Badmintonindonesia.org.
Menurut Richard, pola permainan Tontowi/Liliyana sudah berjalan sejak awal permainan. “Di game kedua, Liliyana terburu-buru, tapi keduanya bisa melawan lagi,” tuturnya.
Ini pertama kalinya sektor ganda campuran menyumbangkan medali emas buat Indonesia sejak bulu tangkis mulai dimainkan pada Olimpiade Barcelona 1992. Tontowi/Liliyana meraih pencapaian ini dengan luar biasa—mereka tidak pernah kehilangan satu game pun sejak babak penyisihan.
“Puji Tuhan, kami sangat bersyukur dengan emas yang dipersembahkan oleh Tontowi/Liliyana. Saya ucapkan terima kasih kepada Tontowi/Liliyana. Di dua olimpiade, tim ganda campuran dapat perak. Kali ini Tontowi/Liliyana bisa menyumbangkan medali emas,” ujar Richard.
Soal dua perak di Olimpiade, Richard merujuk pada pengalaman Tri Kusharjanto/Minarti Timur yang dikalahkan Zhang Jun/Gao Ling dari Cina di final Olimpiade Sydney 2000. Sedangkan Liliyana, yang waktu itu berpasangan dengan Nova Widianto di Olimpiade Beijing 2008, gagal meraih emas setelah di partai puncak takluk atas Lee Yong Dae/Lee Hyo Jung dari Korea Selatan.
PBSI | GADI MAKITAN