TEMPO.CO, LAUSSANE - Badan Anti-Doping Dunia (WADA) menegaskan bahwa kelompok hacker atau peretas yang menamakan diirnya "Fancy Bears" kembali merilis data atlet yang dirahasiakan pada website mereka. Peretas iut mendapatkan data tersebut secara ilegal dari akun Sistem Manajamen dan Administrasi WADA (ADAMS) di Olimpiade Rio 2016.
Sebelumnya, pelari Inggris Mo Farah dan petenis Spanyol Rafael Nadal disebut-sebut menggunakan obat yang masuk daftar larangan WADA. Kali ini, kelompok peretas itu melansir data mengenai 41 atlet dari 13 negara, termasuk: 4 dari Australia, 7 dari Kanada, 1 dari Kroasia, 2 dari Denmark, 2 dari Jerman, 6 dari Inggris, 5 dari Italia, 1 dari Jepang, 2 dari Serbia, 1 dari Afrika Selatan, 2 dari Swiss, 1 dari Swedia, dan 7 dari Amerika Serikat.
Data para atlet itu tidak hanya tampil di satu cabang olaharga saja, tapi beragam yang cabang olahraga, seperti Atletik, Basket, Bersepeda, Anggar, Hoki Lapangan, Golf, Senam, Judo, Dayung, Rugby, Layar, Menembak, Sepak Bola, Berenang, Tenis Meja, Bola Voli, dan Polo Air.
WADA mengatakan tim untuk insiden pembobolan data itu telah berkumpul dan secara aktif bekerja sama dengan lembaga penegak hukum di Kanada dan di tempat lain. Mereka bekerja dengan pihak intelijen melakukan investigasi untuk mencegah peretasan terus berlanjut. “Kami juga konsultasi dengan para pakar keamanan cyber terkemuka untuk memastikan bahwa tidak ada informasi lebih lanjut yang diakses dari ADAMS lebih luas,” dalam laporan tertulis situs WADA.
Kelompok ini memperoleh akses ke Rio Olimpiade 2016 setelah meretas akun email salah satu pengguna ADAMS. Kemudian pelaku bisa mendapatkan password ADAMS. Data yang ada di dalamnya termasuk data rahasisa medis para atlet yang mendapat pengecualian terapi berobat yang dikelaurkan oleh NADOs-lembaga anti-doping nasional-- yang terhubung dengan federasi setiap cabang olahraga.
Direktur Jenderal WADA Olivier Niggli mengatakan bahwa lembaganya tidak memiliki keraguan bahwa serangan-serangan yang sedang berlangsung sedang dilakukan sebagai pembalasan terhadap Badan, dan sistem anti-doping global. “Jelas ini pembalasan setelah tim investigasi menemukan doping yang disponsori negara di Rusia," kata Niggli.
Namun, Rusia menyatakan sama sekali tidak terkait dengan peretasan database WADA. Dmitry Peskov, juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin, mengatakan bahwa data dari atlet doping yang bocor tidak ada kaitannya dengan Rusia. "Tidak ada keterlibatan Moskow,” kata Peskov.
Dia mengatakan bahwa tuduhan WADA tidak berdasar dan tidak menghormati organisasi manapun, jika mereka tidak didukung data yang substansial. "Saya tidak tahu apakah orang-orang yang keluar dengan pernyataan seperti memiliki argumen yang cukup besar."
Menteri Olahraga Vitaly Mutko mengatakan akan meminta lembaga penegak hukum Rusia untuk membantu WADA mendapatkan atribusi yang berkaitan dengan serangan kelompok Fancy Bears itu. Dia menambahkan bahwa data yang bocor juga ada nama petinju Rusia Misha Aloyan. “Hal ini mengungkapkan bahwa data tes doping atlet Rusia di Olimpiade Rio juga tidak kebal terhadap serangan hacker.”
WADA-AMA.ORG| DAILYMAIL.UK| ANTO