TEMPO.CO, Laussane - Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) memutuskan mengurangi hukuman Maria Sharapova menjadi 15 bulan. Sebelumnya, Federasi Tenis Internasional (ITF) menjatuhkan hukuman larangan bertanding bagi Sharapova selama dua tahun karena terbukti menggunakan zat doping saat Grand Slam Australia Terbuka, Januari lalu.
Putusan pengadilan yang diumumkan kemarin membuat juara Grand Slam lima kali itu bisa tampil lagi pada 26 April 2017 atau empat minggu sebelum Grand Slam Prancis Terbuka. Putusan pengadilan arbitrase ini tak lepas dari upaya gigih Sharapova yang tak terima dengan putusan ITF.
Dia mengajukan banding ke pengadilan olahraga untuk mengurangi hukuman pada Juni lalu. Sebab, dia mengaku tak membaca surat elektronik dari badan anti-doping dunia (WADA) mengenai larangan meldonium diberlakukan mulai tahun ini. “Seharusnya WADA mempublikasikan perubahan itu,” kata Sharapova.
Dari beberapa kali pertemuan, panel disiplin dari ITF kemudian menyimpulkan bahwa pelanggaran bintang tenis Rusia itu tidak disengaja. Mereka menerima alasan Sharapova yang dianggap tak membaca surat WADA. Sebelumnya, obat ini tidak masuk daftar haram sebagai doping oleh WADA. Namun WADA kemudian menambah daftar meldonium sebagai obat yang dilarang.
Meldonium menjadi perbincangan, meski sebenarnya sudah dikenal lama sebagai obat jantung di Eropa Timur. Obat itu berfungsi mengatur metabolisme dan telah diresepkan untuk meningkatkan energi. Dalam sejarahnya, obat itu telah digunakan untuk mengobati stroke, diabetes, dan penyakit alzheimer. Obat ini diproduksi di Latvia pada 1970-an.
“Saya sendiri sudah menggunakannya selama sepuluh tahun,” ujar Sharapova, yang mengklaim mempunyai keturunan penyakit jantung dari ayahnya. Menurut dia, obat itu resep dari dokter keluarganya di Moskow untuk mengobati berbagai masalah kesehatan, termasuk serangan flu, timbulnya kemungkinan diabetes, dan kekurangan magnesium.
WADA.ORG | ITF.COM | GUARDIAN.COM