TEMPO.CO, Jakarta - Permainan cepat dan bertenaga dengan teknik tinggi akan tersaji kala kita melihat pasangan ganda putra Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya Sukamuljo bertanding.
Bagaikan penyihir-penyihir yang bersenjatakan tongkat ajaib, Marcus/Kevin dengan raketnya mampu menjinakan pukulan-pukulan sulit dan mematikan dari lawan-lawannya, bahkan balik "membunuh" si penyerang itu.
Keistimewaan itu juga yang mengantarkan Marcus/Kevin pada Minggu (12 Maret) menjuarai turnamen tertua dan paling bergengsi di dunia bulu tangkis, All England pada 2017 di Barclaycard Arena, Birmingham dengan menyelesaikan tiap pertandingan hingga final hanya 35 menit atau kurang.
Hanya ketika lawan wakil Denmark Mads Conrad Petersen/Mads Pieler Kolding mereka harus bertanding dalam durasi 1 jam 9 menit dengan tiga game.
Keberhasilan Kevin Sanjaya/Marcus Gideon menjadi juara All England membuat Indonesia kembali memiliki juara di nomor ganda putra All England setelah terakhir kali Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan jadi juara pada 2014.
Jika melihat gaya bermain-nya, tidak aneh rasanya Marcus/Kevin mampu melakukannya, pasalnya pasangan ini bisa disebut mempunyai faktor keturunan bulu tangkis.
Marcus Gideon merupakan anak dari mantan pemain bulu tangkis Kurnia Hu yang saat ini melatih untuk klub Tangkas Jakarta. Sedangkan Kevin Sanjaya yang selalu percaya diri di depan net, merupakan saudara dari salah satu mantan pebulu tangkis ganda putra Indonesia, Alvent Yulianto.
Marcus Gideon sejak belia sudah masuk pembinaan di Pelatnas (Pemusatan Latihan Nasional) Cipayung, namun perjalanannya tidak semulus pebulu tangkis lainnya, Marcus harus keluar Pelatnas pada 2013.
Pada saat itu kabar yang beredar menyebutkan bahwa Marcus Gideon merasa kecewa lantaran dirinya dan pasangannya tidak dikirim untuk mengikuti All England. Kekecewaan dia terutama karena justru yang dikirim adalah pasangan yang peringkatnya di bawah.
Meski Marcus yang memiliki karakter emosi meledak-ledak hanya setahun keluar dari Pelatnas. Pada 2014 ia kembali dipanggil oleh PP PBSI untuk masuk ke pelatnas Cipayung.
Sementara itu, Kevin Sanjaya merupakan pemain muda Pelatnas yang dinilai paling prospektif dengan dilengkapi pukulan-pukulan yang dimilikinya sangat lengkap dan menawan, bahkan banyak pegiat bulu tangkis yang menyebutkan bahwa pukulan dan defense dari Kevin Sanjaya ini ajaib karena hampir tidak ada pebulutangkis yang memiliki pukulan sepertinya.
Awal kesukaan Kevin Sanjaya di dunia bulu tangkis adalah karena di belakang rumahnya ada lapangan bulu tangkis di mana dia suka melihat dan mulai ikut bermain bersama orang-orang yang bermain di lapangan tersebut.
Sebelum dipasangkan, Marcus yang menginjak usia 26 tahun, lebih dulu dipasangkan dengan Markis Kido pada 2013-2014 dan sempat menjuarai Prancis Terbuka 2013 (Superseries) dan Indonesia Masters 2014 (Grand Prix Gold). Sedangkan Kevin berpasangan dengan Selvanus Geh, mereka berhasil menjuarai Selandia Baru Terbuka 2014 (Grand Prix).
Setelah dipasangkan pada 2015, catatan luar biasa menghinggapi pasangan yang kini menempati peringkat lima dunia tersebut, setelah mendapatkan tiga gelar superseries di Australia Terbuka, India Terbuka dan China Terbuka pada 2016 lalu, All England menjadi gelar pembuka pasangan tanah air di tahun 2017 ini.
Dengan berbagai prestasi tersebut, Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya digadang-gadang bisa menjadi penerus Hendra/Ahsan dalam mempertahankan supremasi bulu tangkis Tanah Air di tingkat internasional. Bahkan pasangan Marcus/Kevin ini akan diproyeksikan untuk Olimpiade 2020 mendatang.
ANTARA