TEMPO.CO, Mataram - Selama 18-24 Juli 2017 mendatang, lebih dari 100 atlet paralayang (paragliding) mancanegara dan dalam negeri mengikuti lomba lintas alam International Mantar Paragliding (IMP) di Kabupaten Sumbawa Barat. Gelaran ini menggunakan rute yang berbeda dibanding kegiatan sebelumnya pada 2015.
Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat Lalu Moh. Faozal menjelaskan, penyelenggaraan lomba lintas alam paralayang ini merupakan bagian dari sport tourism. "Ini adalah upaya untuk membangkitkan destinasi wisata di atas awan di Nusa Tenggara Barat," kata dia, Sabtu, 15 Juli 2017.
Baca: Tim Paralayang Indonesia Incar Kemenangan di Nomor Beregu
Mantar, desa di atas bukit, terletak di Kecamatan Pototano Sumbawa Barat. Lokasinya berada 6,2 kilometer dari pinggir jalan Desa Tapir Kecamatan Seteluk.
Internasional Mantar Paragliding ini ditangani Main Director penerbang paralayang Nicky Moss, perempuan kelahiran Inggris yang hidup di Barcelona, Spanyol. Pilot paralayan tersebut dibantu Nixon Ray dari Federasi Aero Sport Indonesia.
Ketua KONI Sumbawa Barat, Zaidul Bahri, mengatakan peserta yang sudah memastikan datang berasal dari 15 negara dari Asia dan Eropa. "Antara lain dari Belanda, Swiss, Perancis, Jepang, India dan Cina," ujar Zaidul Bahri yang sehari-harinya dipanggil Deden. Mereka datang dengan biaya sendiri dan tidak mengharapkan hadiahnya.
Baca: Peringkat 27, Atlet Indonesia Perbaiki Poin di Paralayang Dunia
Sejak Mei 2015, Mantar dibuka sebagai lokasi Mantar Paralayang oleh Ketua KONI Kabupaten Sumbawa Barat Zaidul Bahri sebagai desa di atas bukit yang memiliki potensi wisata. "Kalau pantai sudah umum. Di kepala saya, nyangkut wisata alam di atas awan ini," kata Deden.
Puncak Mantar berada di areal seluas 2.000 meter persegi. Desa di ketinggian 558 meter di atas permukaan laut ini dikembangkan menjadi seluas 7.000 meter persegi.
"Di sini penerbang mancanegara menyebut lokasinya seperti di Oludeniz di Turki," ujar Deden yang juga ketua Mantar Paragliding Club.
Baca: 12 Negara Ambil Bagian dalam Kejuaraan Paralayang di Manado
Untuk mengembangkan wisata paralayang ini, didatangkan Haris Efendi, 35 tahun, dari Batu Malang Jawa Timur. "Mantar ini sebagai site amazing. Tempatnya pecinta olahraga adrenalin," ucapnya. Di Indonesia, selain Mantar ada satu lokasi lainnya di Toba yang menjadi surganya para penerbang paralayang.
Di Mantar, bisa terbang menggunakan parasut setinggi 3.000 kaki dan kecepatan angin kurang dari 15 kilometer per jam.
Deden mengatakan wisata Mantar kini mampu memberikan manfaat ekonomi warganya. Di Desa Mantar terdapat 279 desa atau 1.342 jiwa penduduk yang berada di tiga dusun. Dibukanya Puncak Mantar ini setiap pekan mendatangkan 600 orang wisatawan. Namun untuk ke sana, turis harus menggunakan mobil foru wheel drive mengingat jalanan tanjakan yang sebagian terjal.
Baca: Dede Harumkan Indonesia di Kejuaraan Paralayang Dunia
Simak berita menarik lainnya tentang olaharaga paralayang hanya di kanal Sport Tempo.co.
SUPRIYANTHO KHAFID