Tiga Fenomena Menarik dari Panasnya AS Terbuka
Reporter
Terjemahan
Editor
Hari Prasetyo
Senin, 10 September 2018 14:35 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Panas terik di New York ketika sedang berlangsung Tenis Grand Slam Amerika Terbuka di Flushing Meadows yang berakhir Minggu, 10 September 2018, ikut menyulut lahirnya rentetan kejadian istimewa di lapangan. AS Terbuka tahun ini ditutup dengan kemenangan Novak Djokovic melawan Juan Martin del Potro pada babak final tunggal putra.
Baca: Kalahkan Del Potro, Djokovic Juara Turnamen Tenis AS Terbuka
Yang paling menonjol dari AS Terbuka tahun ini adalah petenis-petenis yang sudah melegenda dan dikenal karena ketegarannya selama ini bisa kehilangan kontrol emosinya ketika tertekan.
Baca: Federer Tumbang, Kejutan Besar di Tenis Amerika Terbuka
Roger Federer, misalnya, mungkin untuk pertama kali tampak kerap marah dan memprotes kebisingan penonton ketika kalah pada babak keempat. Padahal, Federer sudah bertahun-tahun mengakrabi publik AS Terbuka ini.
Berikut sejumlah fenomena pada seri Grand Slam keempat atau yang terakhir dalam kejuaraan tenis tingkat dunia selama setahun di Flushing Meadows, New York, 2018 ini.
- Roger Federer, 37, Tersengat Panasnya Flushing Meadows
Siapa tak kenal Federer di tenis? Koleksi gelar Grand Slam, kejuaraan individu paling akbar dalam karier petenis profesional, sudah 20 kali.
Ia berkali-kali menjadi pemain nomor satu da masih bertengger di papan atas dunia sampai sekarang. Selama ini dikenal karena ketenangan dan kesantunannya di lapangan. Tapi, melawan petenis bukan unggulan dari Australia, John Millman, pada babak keempat, ia seperti kehilangan karismanya tersebut.
Federer terdesak, tampak sering menggerutu di lapangan, dan beberapa kali mengeluhkan kebisingan penonton. Ia akhirnya kalah. “Saya hanya bisa lega setelah melewati pertandingan ini,” kata Federer yang bilang sama sekali tak nyaman bermain di tengah panasnya cuaca.
- Serena Williams, 36, Terlalu Jauh Bertindak
Di tengah perdebatan tentang kepatutan Serena Williams bersitegang dengan wasit yang memimpin langsung pertandingan (umpire) final tunggal putri AS Terbuka 2018, Carlos Ramos, ada komentar menarik dari mantan petenis putri legendaris Amerika Serikat, Chris Evert, tentang kontroversi ini.
“Protes Serena Williams bisa dipahami, tapi ia terlalu jauh bertindak,” kata Evert.
Serena langsung memprotes Ramos ketika mendapat teguran karena dinilai melakukan kontak langsung dengan pelatih Patrick Moratoglou yang ada di kursi penonton selama laga final melawan Naomi Osaka. Serena mengatakan tidak melakukannya. Belakangan, Moratoglou mengakui melakukannya, lepas dari Serena menyadari atau tidak. “Tapi, itu biasa. Pelatih dari Naomi Osaka juga pasti melakukannya,” kata pelatih asal Prancis itu.
Serena mendapat teguran lagi karena membanting raketnya di set kedua. Ia makin marah dan saat jeda bilang kepada Ramos bahwa umpire itu adalah seorang maling karena mencuri nilainya. Serena segera mendapat pengurangan poin.
“Seorang wanita kalau sudah sangat marah bisa histeris,” kata Evert.
- Naomi Osaka, Bintang Muda dengan Kesantunan Istimewa
Baru berusia 20 tahun, Naomi menjadi petenis putri Jepang pertama yang mencapai final Grand Slam setelah Kimiko Date melakukannya di Wimbledon 1996.
Naomi yang dilahirkan di Osaka, Jepang, dari ibu dari Jepang dan ayah asal Haiti menjadi penerus kesuksesan petenis putri Asia sebelumnya, Li Na, dari Cina di seri Grand Slam.
Di tengah ulasan beberapa media yang mengatakan tindakan berlebihan dari wasit Ramos telah menutup peluang buat Serena untuk memaksakan pertarungan rubber set di final AS Terbuka 2018, mereka lupa pada kejadian Maret lalu.
Saat itu, Osaka terbukti sudah mampu mengalahkan Serena dua set langsung 6-3, 6-2 di putaran 128 besar Miami Masters. Jadi kemenangan Osaka sekali lagi di final AS Terbuka 2018, yaitu 6-2, 6-4 dari Serena adalah bukan hal aneh.
Osaka sejak tiga tahun bersama orang tuanya bermukim di New York. Petenis yang menduduki 20 besar dunia ketika memasuki AS Terbuka 2018 bukan sekali ini minta maaf kepada penonton karena mengalahkan pemain pujaan mereka.
Seperti terhadap Serena Williams yang menjadi ikon AS Terbuka di Flushing Meadows ini, Naomi juga minta maaf setelah menang pada babak keempat Grand Slam Australia Terbuka di Melbourne, Januari lalu, karena mengalahkan petenis pujaan tuan rumah, Ashleigh Barty.
Baca: Naomi Osaka Juara: Ada Kontroversi, Tangis, dan Senyum Kecut
“Saya merasa sangat senang, tapi juga agak menyesal karena saya tahu kalian benar-benar ingin dia menang,” kata Osaka.
BBC | ESPN | TENNIS WORLD